1. Sudut pandang orang pertama: tunggal atau jamak.
2. Sudut pandang orang kedua (jarang dipakai)
3. Sudut pandang orang ketiga: serba tahu atau terbatas.
Yuk, kita langsung menganalisis dua cerpen dengan dua sudut pandang yang berbeda.
Sumber Gambar: Ipusnas
Judul: Antologi Cerpen Indonesia-Malysia
Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tahun Terbit: 2013
Dari sekian banyak cerpen terpilih, saya coba ambil dua cerpen.
a. Lais oleh Nenden Lilis A.
Lais merupakan cerpen buah karya dosen sastra saya saat duduk di UPI. Saya selalu jatuh cinta dengan karya beliau.
Lais berkisah tentang perempuan Indonesia yang malang bernama Ceu Popong. Ceu Popong hidup di tengah lingkungan kumuh. Aktivitasnya dihabiskan di sungai: mandi, mencuci, bahkan buang hajat pun di sana. Begitu juga kegiatan lainnya yang berhubungan dengan air. Padahal air di sungai itu sudah tercemar limbah.
Lais sempat bermimpi untuk sekolah tinggi, tapi sayang, mimpi itu harus ia kubur dalam-dalam. Sejak Nini gede (neneknya yang berbadan gemuk) menguras harta orangtuanya. Tinggalah ia di rumah reot di pinggir sungai. Kekumuhannya ditambah oleh pekerjaan masyarakatnya. Ada pengamen, pengemis, bahkan ada yang menjual diri.
Penderitaannya bertambah saat tiba-tiba ia dinikahkan dengan lelaki yang ditemuinya di pertunjukan Lais di desanya, Undang namanya. Mas kawin digondol pula oleh Nini gede yang culas. Dia yang masih polos membuat program KB-nya gagal. Akibatnya dia langsung hamil dan punya anak. Belum tumbuh kakaknya lahir adiknya.
Malangnya, sang suami kerjanya hanya menghamburkan uang dengan mabuk-mabukan. Sementara ia harus kerja keras bekerja serabutan. Jadi tukang buruh cuci atau kerja bantu-bantu tetangga Ceu Popong pun mencoba peruntungan dengan menjadi pembantu di kota.
Dia terpaksa menitipkan salah satu anaknya ke bibinya yang tak punya anak. Sementara anaknya yang lain diasuh emaknya.
Beruntung punya majikan yang sangat baik. Emaknya selalu meminta dikirim uang. Untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah cucunya itu.
Suatu hari dia jalan-jalan ke alun-alun dengan majikannya. Dia menghindar saat melihat tetangga yang mengemis atau mengamen asal kampungnya. Namun, akhirnya ia berpapasan juga. Terkejut ia bertemu dengan anaknya, Ira. Ceu Popong sedih karena ternyata Ira tak sekolah. Lebih menyakitkan lagi, Ira tak mengenal mamahnya itu. Neneknya memberi tahu ibunya sudah mati tertabrak.
Sudut pandang yang digunakan pada cerpen Lais adalah sudut pandang orang pertama tunggal. Penulis memposisikan dirinya sebagai pelaku utama cerita.
Berikut kutipan cerpen Lais.
Aku bersiap pulang membetulkan handuk yang melilit tubuhku dan mencoba berdiri. Tapi mataku berkunang-kunang, telingaku berdenging, perih di lambungku yang sejak tadi kutahan karena sejak siang dan sore kemarin tak berisi makanan (hanya diganjal sepotong singkong di pagi harinya), sekarang semakin menusuk.
b. Daerah Guram Tanpa Cinta oleh Nazmi Yaakub
Cerpen ini berkisah tentang Khir, seorang wartawan yang tinggal di daerah konflik. Ia diselamatkan oleh gadis Cina bernama Lucia. Mereka pun saling jatuh cinta. Bapak sang gadis memang setuju, tapi ibu dan kerabatnya menentang. Akhirnya Lucia memilih Khir dan pergi bersamanya. Lucia pun mengganti nama menjadi Nur Cinta.
Khir semakin mencintai Cinta. Namun, usianya tak lama. Cinta meninggal di pangkuannya. Khir tak bisa melupakan Cinta. Khir menderita. Keadaan hatinya ia curahkan ke dalam tulisan-tulisannya. Khir menjadi wartawan hebat yang bisa menghipnotis dan menyayat hati pembacanya.
Khir pun dipindahkan ke daerah konflik satu ke daerah konflik lainnya. Celakanya, hal itu membuat lukanya tersemat kembali. Luka atas tragedi 13 Mei dan Cinta. Khir pun menjadi tak waras. Khir diasingkan dan dipenjara di sebuah kamar oleh orangtuanya sendiri. Bayangan cinta semakin sering menghantuinya.
Khir geram. Keluarlah ia dari pengasingannya. Seakan flashback ke masa silam. Tragedi 13 Mei kembali muncul. Khir pun diselamatkan kembali oleh seorang gadis yang ia sebut Cinta karena kemiripannya. Ternyata namanya Siti Nurhabibah, perempuan Medan.
Khir kembali jatuh cinta. Kehidupannya kembali normal. Khir lahir kembali.
Sudut pandang cerpen ini adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.
Khir terus hidup dalam kekosongan. Dia tidak bisa menjejakkan kaki ke Kuala Lumpur menghantuinya, bayangan Cinta berada di setiap pelusuk ibu kota.
Demikianlah hasil analisis kedua cerpen kedua negara bersahabat. Semoga bermanfaat.
Catatan: tulisan ini merupakan salah satu tugas Kelas Menulis Online Madrasah Pena.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar