Judul: Si Anak Cahaya
Penulis: Tere Liye
Jumlah halaman: 473
Ini bukan kisah anak-anak Syahdan, seperti serial sebelumnya. Namun, ini kisah masa kecil Nurmas, ibu mereka. Anak-anak hebat lahir dari ibu yang hebat pula. Begitulah kiranya saya menangkap isi buku ini.
Kita mundur jauh mengintip masa lalu. Sekitar tahun 1950-an. Saat Indonesia baru saja merdeka dan banyak perkumpulan dan pemberontakan komunis. Uang yang dipakai pun masih berupa ketip. Meskipun demikian, membaca novel ini seperti disuguhkan tokoh baru dengan karakter yang mirip dengan serial-serial sebelumnya. Saya sebut pola yang sama.
Nurmas mirip sekali dengan Eliana. Mungkin harusnya terbalik, Eliana yang perangainya mirip sekali dengan Nurmas (maklum serialnya mundur). Bapak dan Mamak Nurmas, seperti Nurmas dan Syahdan. Ada Pak Zen, mirip sekali dengan Pak Bin, sama-sama guru satu-satunya di kampung. Mang Hasan dengan Mang Dulah, Kek Berahim guru ngaji di kampung mengingat saya pada Nek Kiba. Ada lagi dua pemuda kampung di sini ada Derin dan Bidin, seperti Pendi dan Juha di keempat serial sebelumnya. Itu kenapa saya bilang sepola. Ya, wajar karena memang ini novel serial.
Namun, tentu saja banyak tokoh baru yang mewarnai kisah ini. Di antaranya: Nek Beriah, Datuk Sunyan, Letnan Haris, Dokter Van, dll. Ada pula tokoh hewan yang menjadi warna lain, yaitu Kibo si kerbau dan Si Puyang, harimau penjaga lubuk larangan.
Nurmas, biasa dipanggil Nung--anak sulung dari pasangan Yahid dan Qof. Nung anak yang paling cerdas di kampungnya. Sampai-sampai tetangganya bilang, ikuti semua yang anak Yahid lakukan. Di sini juga digambarkan kasih sayang ibu dan bapak pada Nung yang merasa diabaikan saat hadir Unus adik lelakinya. (Paman Unus yang keren sangat lucu waktu kecil.
Hehe).
Dari semua novel serial keluarga nusantara sungguh bisa jadi pelajaran bagi hidup. Bagaimana bocah SD sudah bisa melakukan banyak hal tidak seperti anak-anak zaman sekarang. Bocah ingusan yang bisanya hanya merengek minta jajan.
Mereka masih kecil, tapi sudah berpikir membantu orang tua mereka, bahkan bisa berbuat hal yang besar untuk kampung halamannya.
Bumbu-bumbu merah jambu juga tumbuh di sini. Meskipun tidak mendominasi, cukup membuat pembaca tersenyum-senyum. Di sini kalian bisa menemukan bagaimana Nurmas dan Syahdan bisa berjodoh. Tere Liye berhasil membuat kejutan di bagian ini.
Seperti serial sebelumnya kisah persahabatan dalam novel ini pun sangat kentara. Antara Nurmas, Jamilah, Siti dan Rukayah. Bagaimana mereka saling menyayangi, menasihati dan menyelamatkan sahabat mereka dari akidah yang menyimpang, bahkan nyawa yang hampir terenggut. Sungguh tulus persahabatan mereka.
Silakan selami kisahnya sendiri, selamat menikmati🤗
Tidak ada komentar:
Posting Komentar