Jumat, 25 Agustus 2023

[Cernak] Berkunjung ke Pameran Buku Karya Imi Fadhil



Gambar: Canva Apk.

Sharliz menutup telinganya rapat-rapat. Ia duduk di ujung papan tulis—penjuru kelasnya—dengan penuh ketakutan. Begitulah ia, kerap kali ibu guru membacakan cerita. Cerita apa pun, bukan hanya cerita yang memang menakutkan. Kabar itu juga sampai pada bundanya. Hal itu tidak lantas membuat Bunda menjauhkan Sharliz dari buku-buku cerita.

“Tok! Tok! Tok! Paket,” terdengar suara dari balik gerbang rumah Sharliz. Bunda pun membuka dan mengambil bungkusan dari abang kurir. Tak lupa membubuhkan tanda tangan di atas secarik kertas, tanda Bunda sudah benar-benar menerima paketan tersebut.

“Coba, apa ya isinya?” Suara Bunda menarik perhatian anak sulungnya.

“Emang apa, Bun?” tanya Sharliz penasaran. 

Mereka pun membukanya bersama-sama. Ternyata sebuah buku cerita berjudul, “Princess Lathifa dan Sepeda Roda Tiga” karya teman Bunda saat kuliah dulu.

“Ini hadiah karena Kakak sudah menjadi anak manis buat Bunda dan Ayah,” rayu Bunda.

Awalnya Sharliz tampak sangat cemberut. Namun, saat Bunda membacakan pesan dari penulisnya, Sharliz merasa menjadi anak yang istimewa. Coretan di awal halaman buku itu berisi:

Teruntuk Kakak Sharliz,

Selamat membaca, semoga menjadi anak salehah dan sayang pada adiknya.

Pesan itu pun sempurna karena ditandatangani penulisnya. Sharliz dengan senang hati menerima hadiahnya. Jadilah buku pertama dan terfavorit bagi Sharliz. Setiap malam sebelum tidur, bunda selalu membacakannya untuk Sharliz. Walau di awal, ia minta bagian tertentu diloncat karena takut pada salah satu gambar tokoh dalam cerita. Namun hanya sebentar, rasa penasaran Sharliz lebih besar daripada ketakutannya. Alhasil, ingin membaca keseluruhan.

Entah berapa puluh kali Bunda mengulang cerita putri itu. Sharliz tidak pernah bosan. Ia malah menyalin ulang seluruh cerita di buku hariannya. Sampai-sampai Sharliz lancar membaca. Alami tanpa dipaksa. Bunda pun bersemangat membelikan buku baru untuk Sharliz. Satu-dua-tiga sampai banyak koleksi buku Sharliz di rumah. Walaupun begitu, Sharliz selalu kehabisan stok bacaan. 

Setiap bulan, Bunda selalu menyisihkan sedikit gajinya untuk jatah membeli buku. Buku untuknya pribadi, untuk Sharliz dan adiknya. Biar adil. Kalau tidak, Sharliz suka mencuri-curi bacaan Bunda. Tahu-tahu ia sudah menenteng novel tebal koleksi Bundanya. 

“Sayang, itu bukan bacaan untuk anak-anak!” Bunda mengingatkan seraya menyimpannya kembali ke rak buku. 

“Ah, Bunda … lagi seru,” sanggahnya kecewa.

“Nanti kita jalan-jalan ke pameran buku, ya,” janji Bunda.

“Horre! Benar ya, Bun. Aku mau komik sama novel,” pinta Sharliz. Bunda hanya mengangkat kedua jempolnya—mengiakan permintaan si sulung—untuk membelikan buku lagi.

Tibalah saatnya, Sharliz menagih janji Bundanya. Ada pameran di Landmark, Jalan Braga.Waktunya hanya seminggu saja. Bunda meminta Ayah untuk menemani mereka berkunjung ke surganya pecinta buku-buku.

“Maaf, Ayah tidak bisa soalnya sedang banyak kerjaan di bengkel,” mohon Ayah. Sharliz tentu saja sangat kecewa mendengarnya. Semalaman Sharliz susah tidur karena diperkirakan akan gagal menambah koleksi buku baru.

Bunda menghampiri Sharliz di kamarnya. Seakan paham apa yang ia rasakan, Bunda datang memberikan kejutan untuk Sharliz.

“Besok, kita jadi kok jalan-jalan ke Braga …” belum selesai Sharliz memotong perkataan Bunda, mencecar dengan banyak pertanyaan “Benarkah, Bun? Ayah kan gak bisa anter? Terus gimana kita bisa ke sana?”

Bunda menghela nafas panjang, “Kita kan bisa naik taksi online.” Bunda memberikan solusi. “Anak-anak didik Bunda juga ikut kok, kita berangkat rombongan,” pungkas Bunda diiringi teriakan bahagia Sharliz. 

Sesampainya di sana, Sharliz benar-benar bahagia. Ini pengalamanya pertama kali mengunjungi pameran buku. Banyak buku yang mereka bawa pulang. Bunda membeli sepaket buku pelajaran untuk mengajar, novel dan buku pengetahuan. Sharliz mendapatkan beberapa komik dan novel yang diincarnya, juga buku pengetahuan pendamping belajar di sekolah. Tak ketinggalan membawa buah tangan untuk adik dan sepupunya di rumah. 

Saking senangnya, buku-buku yang dibeli sudah habis dilahapnya sebelum pulang. Saat orang lain khusuk menonton pertunjukkan yang dipersembahkan di panggung utama pameran, Sharliz malah asyik sendiri membaca bukunya. Kala perjalanan pulang pun Sharliz menuntaskan buku-bukunya hingga khatam tak tersisa. Jadilah PR untuk Bunda yang harus mencarikan buku baru lagi untuk Sharliz.

Setiap malam setelah mengaji, Bunda pasti membacakan anak-anaknya cerita: pengalaman atau buku bacaan. Terkadang, Sharliz meminta ia sendiri yang membacakannya untuk Bunda dan adiknya. Kalau kehabisan bacaan, Bunda bisa mencarikan buku di perpustakaan digital, salah satunya di Ipusnas. Banyak sekali bacaan menarik di sana. Semuanya gratis.

Kegemaran membaca buku membuatnya mudah menulis cerita sendiri, walau hanya untuk tugas sekolah atau catatan harian pribadi saja. Sharliz juga sering mengajak teman-temannya untuk membaca buku-buku koleksinya di hari libur sekolah. Rak bukunya sengaja ia pindahkan ke teras rumah. Setiap anak membawa buku yang ia sukai. Mereka membacanya dengan riang. Sharliz senang bisa berbagi. Berbagi ternyata bukan hanya sekadar materi.

Sharliz dan teman-temannya membuktikan bahwa membaca ternyata bukan hal yang menakutkan. Anak-anak pada dasarnya gemar membaca, asalkan difasilitasi dengan baik.

“Bunda, hali ini aku belum baca,” ujar polos adik yang baru berusia dua tahun sambal menenteng buku bergambar kesukaannya.

***



Bionarasi:

Ilmi Fadillah, lahir di Bandung 26 Maret 1990. Penulis adalah suri rumah dan ibu bahagia dari tiga putri jelita. Ia juga lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI. Selain tugas domestik, ia juga merupakam pendidik di Muallimin PPI 45 Rahayu. Ia gemar menulis dan aktif di beberapa komunitas literasi. Mimpinya mempunyai segudang karya dan bermanfaat bagi sesama. Tentunya bisa dikenang di dunia dan di akhirat kelak. Yuk mampir di Instagram @imifadhil dan blog pribadi ilmifadillah.blogspot.com.

Deskripsi Ilustrasi: 

Anak-anak sedang asyik membaca buku di sebuah teras rumah.


*Cerpen merupakan salah satu antologi dari Buku Aku Mau Jadi Anak Baik dari Sekolah Menulis Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar