Rabu, 29 April 2020

Testimoni Pembaca Voltage of Love


Testimoni Pembaca Voltage of Love
Apa sih kata mereka yg sudah membaca VoL secara lengkap? Mau tahu atau tahu banget? (Cukup dijawab di dalam hati dulu) 🤭

"Bukunya menarik, kekinian. Cocok untuk kalangan remaja. Buku yang menyajikan kehidupan remaja di sekolah ini membuat kita tahu diantara problematika yang dihadapi oleh para pelajar di masa sekarang, seperti naik turunnya semangat dalam belajar karena lawan jenis, membuat kita tau apa yang mereka rasakan. Dengan penyampaian yang ringan, membuat pembaca mudah memahami dan seakan masuk ke dalam cerita tersebut"
(Albani, Ketua Perak periode 2018-2019)

"Bacaan pulang kerja😎 Makasih Imi Fadhil 🙏🏻sudah menjadikan 3G jadi inspirasi di bukunya, semoga bisa berkarya terus👍🏻"
"Bru baca bbrp chapter dah snyum2 sndiri nih😊"

"yaa bbrp crita trinspirasi dr kisah nyata jdnya bsa nostalgia 😊"

"spoiler dikit: ada cerita ttg genk yg dulu rame d kelas, krna prnh jd saksi hidup jdnya mnarik aja ngikutin alurnya"
"effortless imagination lah 😎"

(Sanditama Bramantika, S.T. alumni ITB)

"Voltage of Love membuat saya 
bernostalgia dengan masa remaja. Benar-benar membuat rindu masa itu. Cinta dan persahabatan, menjadi dua kekuatan untuk karya ini. Bacalah dan rasakan sendiri."
(Yovie Kyu, Founder Q-Writing Consulting)

Maaf ya, untuk yg testimoni kedua dari Sandi, benar-benar tidak diedit. Saya mau memang pure, apa adanya 🤗
Jadi semua ya seadanya dari para pembaca😉

Mungkin cukup sekian penjelasan dari saya. Kalau masih penasaran nanti boleh ditanyakan lewat moderator.
Salam Literasi👆🏻👆🏻

Selasa, 28 April 2020

Proses Kreatif Pembuatan Novel VoL


Proses kreatif pembuatan VoL
Ide awal cerita adalah dari pengalaman penulis sendiri saat SMA. Meskipun banyak perbedaan dengan kenyataannya karena fiksi tetaplah fiksi, tetap banyak rekaan guna membuat cerita lebih menarik.

Penulis menyelesaikan naskah novel ini kurang lebih 3 bulan dengan bimbingan langsung dari Kang Yovie Kyu dari Q-Writing Consulting.

Sebelum publish, novel ini juga diujikan terlebih dahulu kepada pembaca pertama: Albani sebagai remaja pelajar yang merupakan target sasaran novel ini.
Alhamdulillah,  keduanya hadir juga di sini Kang Yovie dan Albani🤗🥰

Blurb Voltage of Love


Judul: Voltage of Love
PENULIS: Imi Fadhil
Ukuran : 14 x 21 cm Tebal : 124 halaman ISBN : 978-623-7392-94-1
Terbit : Juli 2019
Penerbit:  Guepedia
Harga : Rp 69000
Blurb:
Aku Adeela. Mungil,  berhijab dan berkacamata. Semangat belajar, jangan ditanya. Takdir membawaku melenggang ke salah satu SMA favorit kota Kembang.
***
Dia Deva. Sahabatku sejak bangku Tsanawiah. Pintar, perhatian, tapi konyol minta ampun.Tak kuduga, ia pun lolos masuk SMA yang sama.
***
Menurut Deva, aku berubah sejak masuk SMA. Semangat belajar turun. Hanya main-main saja. Kami pun dihadapkan masalah perasaan yang pelik.
***
Akankah kami punya kisah yang indah?
atau sebaliknya?

Senin, 27 April 2020

Abadi dengan Puisibl (catatan)


Abadi dengan Puisi:  karena yang Kau Tulis Takkan Pergi dan Menghilang
ADP diinisiasi oleh komunitas Perak (Pena Rahayu Kreatif). Isinya berupa antologi puisi karya santri Mu'allimin Persis 45 Rahayu. Sebagian kelas XI,  dan beberapa santri dari kelas X dan XII tahun ajaran 2018-2019. (Total ada 89 puisi dari 85 penulis).
Launching:  22 November 2018 bertepatan dengan Seminar 8 PPI 45 Rahayu
Acara penyerta: Talkshow Kepenulisan dengan narasumber:  Tim Perak, Kang Hilman Indrawan, dan Kang Adnan Al-Ghifary
Tim ADP
‌Ilmi Fadillah:  sebagai pemantik, editor, sekaligus penanggung jawab.
‌Muhamad Al Bani:  ketua Tim (koordinator kontributor, editor, dll. tambahkan sendiri)
‌Alfi Saeful Akbar:  koordinator tim  kreatif
‌Anggota Tim lain: M. Safiq Mubarok, Neulis Lisnawati, Hardika M. Reza, Syifa Salamah, dan Taufik Nugraha.
First reader ADP:
‌Eli Nurhalimah, S.S. (guru b. Indonesia MTs Persis 45 Rahayu)
‌Hj. Djubaedah, S.Pd.I. (Pembimbing RG-UG dan staf asatidz di Mu'allimin PPI 45 Rahayu)
‌Ismail Fajar Romdhon, S. Pd. (Tasykil PP Pemuda Persis dan Staf asatidz muallimin PPI 45 Rahayu
‌Iman Hilman, S.Pd. (Wakil Mudir Mu'allimin dan aktivis komunitas sastra Bangbung Ranggaek)
‌Adnan Al-Ghifary/Pujangga Pencari
Tuhan (alumni Mura 03 dan penyair)
‌Hilman Indrawan, S.Pd.I (penulis dan founder Madrasah Pena)
‌Yovie Kyu (Penulis dan founder Qwriting Consulting)
Semua tanggapan dari pembaca pertama sangat positif (boleh dibacakan salah satunya)
Proses terbitnya ADP
ADP awalnya hanya sekadar tugas menulis puisi dari guru B. Indonesia. Namun, ternyata karya-karya santri ini luar biasa menjangkaui harapan sebelumnya. Saat diposkan di medsos santri masing-masing pun mendapatkan respon yang positif dari warganet alias netizen. Termasuk, kang Aldy Istanzia Wiguna (Ketua Pesantren Sastra) mungkin beliau pun sudah lupa, pernah iseng membuat puisi di akun facebooknya dan menandai guru Besar. Indonesia kami. Nah, dari sana terbersitlah untuk membukukan karya-karya Santri tersebut. Minimal dalam bentuk digital.
Mimpi itu sempat terkubur. Sampai di tahun ajaran baru bidang kurikulum Mu'allimin mengukuhkan sebuah kegiatan ekskul bernama KIR. Kami sederhanakan menjadi ekskul kepenulisan (lebih luas menurut kami).  Maka mimpi itu muncul kembali. Atas dukungan  semua pihak terbitlah ADP.
Tambah lagi, Qodarullah, guru kami menang lomba puisi yang salah satunya adalah voucher penerbitan gratis. Makanya kami tidak bingung lagi memilih penerbitan.
Dalam kurang lebih sebulan:  pengumpulan ulang, pengeditan dan penerbitan (termasuk ISBN yg paling lama).
Harapan  Terbit  Setelah ADP
Kami sadar masih banyak kekurangan di karya-karya kami ini. Namun, semoga
ADP bisa jadi karya pertama yang memantik santri untuk berkarya lebih baik lagi, lebih banyak lagi.
Minta doanya sedang proses menulis buku kedua (antologi cerpen) semoga Allah mudahkan.

Minggu, 26 April 2020

Belajar Shaum

Mempunyai anak saleh dan salehah merupakan cita-cita semua orang tua, termasuk saya tentunya. Alhamdulillah, kami tinggal di lingkungan yang islami. Jadi, sangat mendukung perkembangan dan kecerdasan spiritual anak-anak.

Bulan Ramadhan adalah kesempatan yang baik dalam mendidik anak dalam beribadah. Salah satunya adalah belajar shaum. Secara tidak langsung juga mengajarkan anak untuk bangun lebih awal, belajar merasakan lapar sehingga akan peka terhadap sesamanya yang kekurangan, belajar pula menahan nafsu, dll.

Menginjak tiga hari shaum, alhamdulillah anak saya yang pertama--Fatiya yang baru berumur 8 tahun masih konsisten dengan ibadah shaumnya. Hanya berat di hari pertama. Wajar saja, orang dewasa pun merasakan hal yang sama di hari pertama shaum. Ditambah si sulung hari itu sedang tidak enak badan. Malam sebelumnya asmanya kambuh. Beberapa keluhan dilontarkan: capeklah, lapar, haus, dll. Namun, alhamdulillah bisa dilalui dengan baik. Semoga bisa konsisten sampai akhir ramadhan.

Selalu berdoa untuk anak-anak kita, robbii hablii minassholihiin. Semoga mereka menjadi wasilah kita menuju surgaNya. Aamiin.. Yarobal 'alamiin.

Sabtu, 25 April 2020

Akhirnya bisa beli buku dari uang tabungan


Akhirnya bisa beli buku dari uang tabungan.
Liburan di tengah pandemi sungguh tidak menyenangkan. Sebenarnya bukan liburan, tapi belajar di rumah. Apapun namanya, yang jelas anak-anak sepanjang hari berada di rumah. Bosan? Tentu saja.

Apa yang harus dilakukan? Main di luar tidak boleh. Mengerjakan tugas di rumah sangat menjenuhkan. Apalagi sering ada bentrok dengan orang tua yang tugasnya bertambah, yaitu menjadi guru di rumah selama phisical distancing dan #di rumah aja. Bahkan, orang tua yang pekerjaannya guru pun biasanya kewalahan menghadapi sangat anak.

Di tengah kebosanan tersebut, Fatiya mengeluh. Kalau saja ada buku untuk dibaca. Saya sarankan membaca ulang pun tak mau. Katanya sudah diulang beberapa kali.

Sampai suatu hari, emaknya lihat diskon novel anak di toko buku online. Kebetulan bisa COD alias bayar di tempat. Si anak pun berinisiatif untuk membongkar celengannya. Isi celengan itu

Jumat, 24 April 2020

Dalam Nama Terselip Doa


Picture by Tim BSB
Designed by Canva

Apalah arti sebuah nama? Begitu kata peribahasa. Bagaimana menurut kalian? Namun, menurut saya nama itu penting. Apalagi dalam Islam. Nama adalah doa. Doa dari orang tua untuk anaknya tercinta. Tentunya doa-doa terbaik. Maka memberikan nama untuk buah hati harus sungguh-sungguh. Jangan asal-asalan.

Setiap keluarga punya ciri khas dalam memberikan nama-nama untuk anak-anak mereka. Misalnya, setiap anak diberikan nama belakang yang sama. Biasanya diambil dari nama ayahnya. Nama anak-anak bisa juga diberikan huruf awalan yang sama atau bahkan setiap katanya dengan awalan huruf yang sama atau ciri khas lainnya yang unik.

Kebetulan keluarga kecil saya memberikan nama-nama anak dengan awalan huruf "F" Kenapa "F"? karena masing-masing nama kami (saya dan suami) terselip huruf "F". Fadillah dan Fajar. Nama panggilan kami juga dari huruf F. Fillah dan Fajar. Maka anak-anak kami pun diawali oleh huruf F dan diakhiri dengan nama belakang suami: Shiddieq.

Anak pertama: Fatiya Sharliz Raihana Shiddieq (Fatiya)
Anak kedua: Faiqa Najma Aqilla Shiddieq (Aqilla)

Berikutnya anak ketiga, kadung harus awalan huruf F lagi dan buntutnya nama belakang bapaknya. Tak biasanya, belum menyiapkan nama. Padahal bayi sudah lahir. Sudah banyak yang nanya siapa namanya. Menebak-nebak nama dari huruf F, dll. Hehe.. Nanti dulu, emaknya belum mood. Lagian masih ada waktu sampai hari ketujuh.

Lahir di suasana pandemi, tidak lantas ikut-ikutan memberi nama berhubungan dengan makhluk kecil yang tak terlihat itu. Emak pun buka paririmbon dan diskusi dengan si sulung. Tercetuslah nama ini:

Fadya Rasyidatul Jaziya Shiddieq (Jaziya) 

Fadya: Yang menyelamatkan
Rasyidatul: Cerdas, yang mendapat petunjuk
Jaziya: Pemberian
Shiddieq: Yang membenarkan

Arti lengkapnya, silakan gabungkan sendiri. Hehe.. Kurang lebih begini,
Pemberian (dari Allah) yang menyelamatkan, cerdas, dan yang membenarkan.

Nama tersebut merupakan doa kami, semoga anak pemberian Allah ini akan menyelamatkan kedua orang tua dan orang-orang sekitarnya dengan kecerdasan dan petunjuk dari Allah, serta selalu terdepan dalam membenarkan yang haq. Sehingga kita semua bisa berkumpul di surgaNya. Aamiin.. Ya robbal 'alamiin.

Kamis, 02 April 2020

Buku Pertama Fatiya


Picture by canva

Sebelumnya sudah saya bahas buku apa pertama yang saya belikan untuk Fatiya. Ya, Buku bergambar Princess Lathifa dan Sepeda Roda Tiga karya Yulia Nurul Irawan. Kebetulan penulisnya adalah sahabat saya saat kuliah di UPI. Cerita yang sederhana, tapi sangat ngena buat anak-anak. Sifat khas yang kebanyakan ada pada anak-anak, yaitu cengeng. Sedikit-sedikit menangis, jatuh menangis, ingin sesuatu menangis, dll. Maka dalam buku ini menunjukkan bahwa cengeng itu tidak baik. Satu lagi pelajaran hidup, bahwa kita harus menjadi pribadi yang mudah memaafkan orang lain.

Fatiya sangat senang sekali dengan buku ini. Ke mana-mana dia bawa. Sampai kalimat-kalimat dalam buku ia salin di buku hariannya. Saat itu memang ia belum lancar membaca. Namun, ini sangat membantu sampai lancar membaca. Alhamdulillah.

Awalnya, dibacakan selanjutnya ia baca sendiri. Saya ingat sekali pertama saya belikan novel anak. Ia bawa-bawa ke mana pun, bahkan saat main ke luar sm rumah. Sampai  habiskan satu novel. Ada salah seorang keluarga yang penasaran bertanya, "Disuruh mamah ya baca buku? "
Fatiya pun bingung menjawab, "Enggak! "
Memang saya tidak pernah memaksa untuk membaca buku. Saya hanya memberi contoh sering membaca buku dan memberi fasilitas anak-anak untuk membaca buku.

Kalau ke pasar minggu, yang dibeli buku. Fatiya sampai menyisihkan uang jajan untuk menabung dan hasilnya untuk beli buku. Selain memang punya jatah buku kalau sedang ada uang lebih. Kalau emaknya beli buku, anak-anak juga harus punya jatah juga buku masing-masing.
Sampai hari ini tidak terhitung banyak buku anak-anak.

Mungkin karena saya pun berpikir buku itu penting dari keperluan lainnya, seperti pakaian atau barang lain. Kalau untuk beli buku tidak perlu berpikir banyak seperti kalau mau beli kebutuhan kain. Maka Fatiya pun begitu. Kalau ada buku bagus, merengek minta dibelikan, tak apa kalau harus menggunakan uang saku atau tabungannya.

Beberapa kali ikut ke pameran buku di Landmark Braga, yang lain asyik nonton pertunjukan, Fatiya malah asyik baca buku yang dibelinya. Waktunya pulang buku-bukunya sudah habis dibaca. Alhasil, minta dibeliin buku lain lagi. Kadang kewalahan juga. Seperti saat ini sedang pandemi yang mengharuskan kita diam di rumah. Fatiya merengek minta buku baru. Semoga selalu ada rezekinya ya buat beli buku lagi. Pun semoga istiqomah gemar membaca buku dan bisa memetik hasil dari manfaatnya membaca buku.