Minggu, 31 Mei 2020

Ponsel Berenang di Mesin Cuci

Jumat berkah. Seperti jumat biasanya. Suami mandi lalu memakai koko dan sarung rapi. Beliau pun pergi ke masjid untuk salat jumat. Kebetulan si kecil lagi anteng juga. Saya pun cuci baju. Semua pakaian kotor yang ada di tempat cucian saya bereskan. Tak terkecuali pakaian suami.

Saya pun mengambil semua pakaian kotor yang menggantung di kamar mandi. Punya suami yang baru dipakainya sebelum mandi. Brush! Semua masuk ke mesin cuci bersama pakaian yang lain.

Sepulang jumatan, suami nampak kebingungan mencari sesuatu. Masuk kamar mandi. Keluar lagi. Matanya menerawang ke segala arah.

"Cari apa?" tanyaku.
"Celana, tadi digantung di kamar mandi." Pak suami menjelaskan.
"Oh itu, tuh sudah dicuci." Mataku menunjuk mesin cuci yang tengah berputar.

Suamiku malah melongo dan berkata, "Ada Hp di saku celananya."
"Serius?!"
"Dua rius!"

Celana pun diambil tergesa. Tak mengindahkan mesin cuci yang sedang berputar. Dirogohnya benda pipih berkulit hitam-merah itu. Benar saja. Ponsel pun basah kuyup. Panas. Wassalam. Entah bagaimana nasibnya.

Sabtu, 30 Mei 2020

Rekomendasi di Berbagai Media Sosial: Faktor Drama Korea Ditonton Penggemarnya #2

Beres juga nonton drama Korea The World of The Married. Episode 1-3 nonton di vidio masih gratis. Episode 4-14 di tautan via facebook. Cukup menguras kuota saya dan suami, 🤭 dua episode terakhir ngunduh dulu di drakorindo. Ternyata lebih irit ngunduh dulu dan bisa diulang-ulang tanpa takut ngabisin kuota. Selain itu, nontonnya lebih enak karena layar laptop lebih lebar.

Setelah nonton Crash Landing on You, akhirnya penasaran sama drama yang hits banget. Di negara asalnya dapat rating tertinggi, bahkan memecahkan rekor. Kenapa? Karena ratingnya mengalahkan drama rating tertinggi sebelumnya. Sampai seorang Setia Furqon Kholid pun nonton dan review pesan moralnya. Stasiun televisi swasta pun meminangnya dan menayangkan setiap senin sampai jumat pukul 19.00 WIB. Beberapa kali menonton di televisi dan membuat semakin penasaran.

Alasan berikutnya kenapa seseorang memutuskan menonton drama korea tertentu adalah karena banyak rekomendasi di media sosial. Banyak yang menonton dan ratingnya bagus. Tidak salah kalau Anda juga penasaran dengan TWoTM yang mengisahkan pelakor Da Kyung.. Hihihihi...

Jumat, 29 Mei 2020

Aktor atau Aktris: Faktor Drama Korea Ditonton Penggemarnya #1



Drama Korea sangat populer di dunia, termasuk di negara +62 Indonesia tercinta. Alasan seseorang gemar menonton drama Korea Selatan itu pastilah bermacam-macam.

Salah satunya karena aktor atau Aktris yang bermain dalam drama tersebut.
Berikut ilustrasinya. 

A: Kamu udah nonton the heirs?
B: emang rame?
A: banget!
B: emang siapa pemainnya?
A: Lee Min Hoo sama Park Shin Hye
B: wah masa? Beneran Lee Min hoo?
A: iya.
B: Wajib nonton nih!

Intinya seseorang bisa memutuskan nonton atau enggak ditentukan siapa
aktor atau aktris yang membintangi drama tersebut. Sebaliknya, jika si B tidak menyukai atau bukan fans Lee Min Hoo maka belum tentu berminat untuk menonton The Heirs.

Bagaimana dengan kamu? Apa sama?

Jumat, 22 Mei 2020

Usai

Dug! Dug! Dug! Suara ketukan pintu sangat kentara di tengah malam.
"Dul! Buka, Dul! Papah bilang buka!
Tak ada respon sedikit pun dari dalam ruangan yang diketuk.

"Ada apa, Pak?" tanyaku penasaran.
"Ini, Abdul." Seorang bapak berdasi dan jas membalas cemas.

"Iya, kenapa Abdul, Pak?" uangku bertanya.

"Abdul mengunci diri di dalam," jelas bapak itu. "Ponselnya pun tak bisa dihubungi."

Tok! Tok! Tok! Kuketuk pintu itu.
"Dul, buka!" teriakku.

"Memang Abdul kenapa? Sampai mengurung diri begitu?" Kutanya lagi.
"Entahlah, padahal bapak mau kasih tahu kabar gembira."

Tok! Tok! Tok! Pintu kuketuk kembali.
"Dul!" panggilku agak jengkel.

Krek! Krek! Suara kunci diputar. Lalu terbukalah pintu itu.

Alhamdulillah, akhirnya Abdul pintu dibuka. Namun, tampaknya Abdul langsung kembali ke posisinya. Berlutut di ujung ruangan dengan memnenamkan wajahnya. Ponselnya berserakan di bawah. Tutup dan baterainya terpisah-pisah.

Bapak itu pun masuk lalu memeluk Abdul.
"Bapak bangga sama kamu, Nak. Kamu lulus! Lulus ITB!" ujarnya menepak-nepak bahu Abdul.

Aku malah baru tahu. Kalau pengumuman sudah rebut. Aku pun lari meninggalkan mereka berdua. Aku cek nomor peserta punyaku di salah satu komputer sekolah.
"Data yang Anda cari, tidak ditemukan"
Berkali-kali kucoba yang muncul hanya kalimat mengecewakan itu. Lututku melemas. Brukkk! Aku pun terjatuh di lantai.
"Al!" teriak teman-teman di sekelilingku kompak.
***

Rabu, 20 Mei 2020

Munajat

Hari keenam sampai ketujuh aku habiskan dengan bermunajat pada Allah. "Allahu akbar!"
Kukumandangkan takbir di setiap dua pertiga malam. Sebelas rakaat dijalankan dengan tumaninah. Haru biru. Kututup dengan salam. Assalamu'alaikum warahmatullah. Kutengok ke kanan dengan senyum lebar. Betapa tentramnya hati ini. Assalamu'alaikum warahmatullah. Air mataku berlinang mengingat dosa-dosaku. Terutama dosaku pada ibu. Aku teringat sebuah hadits riwayat Imam at-Tirmidzi.

"Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.”

Usai salat malam, aku menuju kamar ibu.  Aku bersimpuh di hadapannya. Air mata bercucuran semakin deras dan membanjiri mukena ibu.

"Kenapa, Nak?" tanya ibu heran.
"Maafkan aku, Bu! Aku anak yang durhaka."
Hiks! Hiks! Hiks!

"Sudahlah! Ibu senantiasa memaafkanmu, Nak. Bahkan, sebelum kamu meminta maaf. Maafkan ibu juga, tidak bisa sepenuhnya mendukung cita-citamu. Hanya doa terbaik untukmu."

Pagi tampak lebih cerah dari biasa. Langit ikut senang menyaksikan peristiwa hamba Allah yang saling memaafkan.
***
Setahun kemudian.
"Ayo, sekarang giliranmu mengecek." Ahmad menunjuk hidungku.
Aku maju perlahan. Duduk di hadapan layar 14 inch di ruangan kelas. Kulantunkan basmalah dengan penuh keyakinan. Kutekan satu-satu angka di keyboard komputer sesuai dengan nomor peserta yang tertera di kartu. Tak lama munculah di layarnya:

"Selamat, Anda diterima di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia."
***
TAMAT


Senin, 18 Mei 2020

Sesal di Penghujung luka


Dua sampai tiga hari, pikiranku menelusuri kejadian-kejadian beberapa bulan yang lalu. Tepatnya rangkaian ingatan saat tes SNMPTN itu berlangsung, ditambah sebelum dan sesudah tes tersebut.

"Mau pinjamnya berapa?" tanya pegawai BMT. 

"Dua ratus ribu rupiah, Teh."

Aku yang tengah duduk di depan meja admin menjawab malu-malu. Lalu aku menjelaskan untuk apa dan ke mana rupiah itu akan aku teruskan. Ahmad--temanku yang merekomendasikan untuk meminjam ke BMT yang berada di halaman sekolah itu. Aku sempat beberapa kali menabung di sana, tapi tak banyak. Tak cukup pula meski sekadar untuk membayar formulir SNMPTN.

Setelah memegang uang pendaftaran, aku pun bersama teman lainnya menuju Universitas Padjajaran, kampus Dipatiukur. Antrean berderet cukup panjang. Beberapa menit mendekati satu jam lamanya, tibalah aku di barisan paling depan. Aku lekas menyerahkan uang yang telah disiapkan dalam saku rok abu-abu. Mbak-mbak cantik itu pun memberikan 1 map kertas dan buku panduan sebesar buku kampus. Hanya lebih tebal. Di dalamnya terdapat formulir isian dan petunjuk serta daftar pilihan perguruan tinggi negeri (PTN) di seluruh Indonesia lengkap dengan jurusannya.

Kala itu hidup penuh dengan ujian. Bukan hanya ujian masuk PTN, tapi juga ujian hidup yang sesungguhnya. Ibu dan bapak mengalami kecelakaan motor yang menyebabkan keduanya tak bisa berjalan. Itu pula yang menyebabkan aku susah dan tak fokus melakukan apa pun.

Tempat tes pun dipilih panitia ujian. Aku kebagian di SMPN 14 di jalan Supratman. Sebelum hari itu tiba, aku harus pastikan tahu di mana ruang dan tempat duduk yang akan kutempati esok harinya. 

Biasanya bapak selalu siap sedia mengantarkanku ke mana pun. Namun, tak mungkin untuk kali ini. Aku pun memilih menaiki kendaraan umum. Naik bus Damri jurusan Leuwi Panjang-Cicaheum.

Aku sudah hafal betul lokasi tes karena setiap hari aku lewati kalau pergi atau pulang sekolah. Aku pun turun persis di persimpangan menuju jalan Supratman. Selanjutnya bisa naik angkot sekali lagi untuk tepat sampai di lokasi tujuan.

"Kiri, Mang! Kiri!" ujarku setengah berteriak. 

Mang supir pun menggerakkan angkotnya ke pinggir jalan lalu memberhentikannya. Aku rogoh saku celana dan memberikan recehan pada supir angkot.

Aku bergegas memasuki gerbang langsung tertuju pada papan pengumuman yang bertengger di halaman sekolah di balik pohon rindang. Kutelusuri kertas-kertas yang menempel pada papan triplek berlapis putih itu. Ada daftar nama peserta. Ada pula denah lokasi. Setelah menemukan apa yang kucari, aku lekas mencari di mana ruangan itu berada.

"Kamu tes di ruangan mana?" tanyaku seorang gadis manis berkucir kuda yang berdiri di sebelahku memandangi papan besar itu.

"Ruangan 11," balaski menyungging senyum. 

"Kebetulan aku juga sama, bareng yuk!" ajaknya.

"Ha ... Hayu!" Aku menerima usulannya agak terbata-bata.

Aku hanya merasa aneh. Aku belum kenal orang itu, begitu pun sebaliknya. Namun, dengan mudahnya dia mengajak orang lain. Tepatnya orang asing. Entahlah, seperti digiring untuk mengikutinya. Aku pun membuntuti gadis itu. Tak salah keputusanku untuk mengekornya. Kami langsung menemukan ruangan yang dicari.

"Nah, ini tempat dudukku." Dia tampak senang menemukannya. 

Aku pun tak lama mendapati meja dan kursi panasku. Barisan kedua di ujung sebelah kanan. Ternyata kami duduk bersebelahan. Kebetulan sekali.

"Oh, iya! Perkenalkan saya Sofi." Dia mengulurkan tangannya.

Kuraih tangan hangat itu, "Aku Ilmi! Salam kenal juga."

Tanpa diminta, ia bercerita panjang lebar. Ternyata Sofi adalah alumni SMPN 14. Sofi juga kenal Tama--teman sekolahku yang juga alumni sekolah ini. Bahkan, ia bergosip tentang Tama. Katanya, Tama banyak digandrungi para siswi. Ya, pantas saja Tama memang anak yang tampan, pintar, jago bermain basket, dan pandai bersosialisasi. Termasuk Sofi juga mengagumi sosok Tama juga. Tama sudah tenang masuk ITB dengan beasiswa penuh. 
Oke berhenti membicarakan soal Tama. Tidak penting. Bukan tokoh utama dalam cerita ini.

Aku dan Sofi pun berpisah. Sofi sepertinya merasa cukup telah mengetahui tempat duduk untuk tes esok pagi. Sementara aku masih ingin memastikan letak toilet dan musala atau masjid di lingkungan sekolah ini. Siapa tahu aku membutuhkannya besok. Banyak petunjuk di kertas-kertas terpampang tanda panah dan bertuliskan toilet dan musala. Sehingga mudah saja untuk menemukannya.

Aku menuju toilet, lalu menuju musala. Dua rakaat salat syukrul wudhu sukses membuat hati ini tenang. Alhamdulillah. Kulanjutkan dengan memohon kemudahan dan kelancaran untuk tes besok. Aku minta yang terbaik, Robb. Aku selalu ingat nasihat Pak Risydi sebelum tes berlangsung. "Do your best, save the rest for Allah."

Empat ke lima hari mulai merenung dan flasback kejadian sebelumnya. Jauh sebelum tes ujian itu.

"Percuma pinter dan masuk ITB atau UPI, tapi durhaka pada orang tua. Gak akan berkah!" teriak ibu dengan penuh murka.

"Astagfirullah!"
Tetiba aku tebangun. Kalimat itu sungguh mencabik-cabik kalbu. Sampai terbawa mimpi. Ya, itu adalah serapah yang keluar dari mulut wanita mulia. Bagaimana aku bisa mengabaikannya.

"Astaghfirullah! Astaghfirullahal 'adziim" Aku mengulang-ulang istigfar. Ampuni aku ya Allah. Maafkan aku ibu. Aku sungguh menyesal.

Minggu, 17 Mei 2020

Luluh Lantak

Di sisi lain meronta. Kufur terhadap kebenaran yang jelas Allah kabarkan. Betapa teganya Allah padaku. Padahal aku sudah berusaha dan mengerahkan semua kemampuanku untuk agar mimpi itu terwujud nyata. Down. Serasa dunia ini akan berakhir. Hancur sehancur-hancurnya.

Itulah yang aku rasakan beberapa saat setelah dinyatakan tidak lulus tes masuk perguruan tinggi negeri.

"Assalamu'alaikum!" ucapku datar sambil membuka pintu rumah.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh," balas ibu yang kebetulan sedang berada di ruang tengah.

Samar-samar kudengar doa itu, karena aku bergegas menuju kamar. Kututup pintu dengan kasar. Bleug! Aku mendarat di kasur yang empuk dengan telungkup. Kumatikan telepon genggamku. Kuharap tak ada seorang pun yang mengganggu ratapan hatiku.

Tok! Tok! Tok! suara pintu kamarku diketuk kasar. Tak lama suara lantang merambat menembus kayu jati itu.
"Teteh! Kata ibu makan dulu!"

Itu suara adik bungsuku. Tak mau membuat ibu khawatir, aku teriak dari dalam, "Iya!"

Selama kurang lebih seminggu, aku bersemedi di kamar tidur. Sesekali turun hanya untuk makan sekadar mengisi perut agar tetap sehat dan waras. salat lima waktu? Tentu saja tak pernah kulewatkan. Ya, itu adalah kewajiban yang tak bisa kutinggalkan.

Satu-dua hari, pikiranku masih kosong. Kucoba hidupkan telepon genggamku. Tak lama ada panggilan masuk. Ada panggilan dari Ningrum--teman sekelasku. Aku pun mengangkatnya. Hal yang nantinya kusesali.

"Hallo, Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikum salam," jawabnya dari sebrang sana.

Dia menanyakan hasil tesku. Entah memang tidak tahu aku tidak lulus atau hanya kura-kura dalam perahu. Lalu mengabarkan bahwa ia lulus masuk Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Oke, fiks! doi hanya Pamer. Ya Allah, kenapa aku terburu-buru menyimpulkan dan terlalu dini berprasangka buruk padanya.

"Oh, ya! Selamat ya! Barakallahu fiik! Turut bersenang hati." ucapku menutup perbincangan.

Tanpa mendengarkan tanggapannya, kusambung dengan salam dan menutup teleponnya. Bukan hanya menekan tombol bergambar telepon warna merah, tapi aku pun mematikan dan membanting telepon ke kasur.

Sabtu, 16 Mei 2020

Yakin pada takdirNya

Tidak bisa dimungkiri bahwa tak setiap mimpi dan angan-angan kita bisa terwujud. Paling tidak ada dua kemungkinan. Pertama, usaha kita yang belum maksimal. Kedua, Allah memang tidak atau belum memperkenankan. Ya, memang adakalanya satu atau dua permintaan kita tak Allah kabulkan. Betapa pun jerih dan lelah yang kita upayakan. Di situlah pentingnya mengimani rukun iman yang keenam. Hal yang sering kita lafalkan dari bangku taman kanak-kanak. Iman kepada qodho dan qodar.

Di satu sisi, ada keyakinan dan prasangka baik terhadap Sang Khaliq. Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi Allah memberikan apa yang kita butuhkan. Sesuai firmanNya surah Albaqarah ayat 216.

"Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Jumat, 15 Mei 2020

Nonton Drakor Lagi

Nonton Drakor lagi?!😅
Jujur, baru nonton drama Korea lagi setelah sekian lama. Kegabutan saat ngAsi atau pumping menggodaku untuk cari temen biar gak kesepian, terutama pas begadang malam hari. Drama apa ya yang seru? Akhirnya keluar judul ini, Crash Landing on You. Drama ini sampe bikin Nagita Slavina nangis-nangis. Mungkin teman-teman yang lain juga?!

Drama ini sudah cukup lewat sih, tapi gak masalah. Katanya, banyak yang bilang kalau drama yang tayang di TvN ini mengalahkan keseruan DOTS? Ada juga yang bilang kebaperan di DOTS belum terkalahkan. Ya, wajar karena drama ini mengangkat tentang kehidupan tentara dan pasukan khusus maka netizen atau warganet pasti otomatis membandingkan dengan drama sebelumnya yang membahas itu. Namun, di sini saya gak mau banding-bandingkan keduanya. Menurutku sih keduanya punya alur dan keseruan masing-masing. Terus mau bahas apa dong? Krik! Krik!

Konflik yang tidak sederhana dalam drama Korea selalu membuat saya jatuh hati. Begitu juga dengan CLoY, mengangkat tema cinta antara dua negara yang tengah berseteru. Keduanya juga mempunyai masa lalu yang suram dan berat sehingga membuat karakter keduanya berubah dastris.

Oke.. Bersambung ya. Hihi...

Tanya Jawab Bedah Novel Voltage of Love #hanyarindu


Pertanyaan 1
Bismillahirrahmannirrahim
Assalamualaikum bu @⁨Ilmi Fadillah⁩
Yang saya rasa menulis itu ada kalanya bingung gitu, mentok mau nyeritain apa lagi, terus terkadang ada rasa males nih mau ngerjain dulu tugas atau ada kegiatan dulu da akhirnya gak beres, nah bagaimana cara ibu membangun motivasi pada diri ibu sendiri untuk menulis? Dan bagaimana caranya supaya ketika menulis itu tidak mentok udah aja gak mau di lanjut, mohon solusinya🤭
Jazakillah bu🥰 ( Risna Oktapiani, ppi 60 Katapang)
Jawaban: 
Wah, maa syaa Allah pertanyaannya. Itu namanya writer's block. Itu bisa terjadi pada siapa saja. Bahkan penulis senior tanpa kecuali. Bagaimana mengawalinya?
1. Buat outline
Banyak tinggal googling aja. Di outline sudah jelas tergambar cerita dari awal, puncak sampai ending seperti apa yg penulis inginkan. Itu insya Allah akan meminimalisir kebingungan mau menulis apa lagi.
2. Writing time
Buat waktu khusus untuk menulis. Konsisten dengan jadwal menulis itu. Silakan atur sedemikian rupa sehingga kegiatan lain yang tak kalah pentingnya juga tidak terbengkalai.
3. Rehat
Kalau misalnya memang jenuh banget, dan mentok banget. Mungkin memang kita butuh istirahat dulu. Lakukan hal lain yg kita sukai. Misal suka nonton, silakan nonton dulu. Sampai mood membaik.

Banyak lagi sih yg jelas harus tahu penyebab kita mandeg nya kenapa. Setelah diketahui makan bisa dengan mudah diatasi.

Satu lagi tentang motivasi menulis:
Banyak hal sih.. 
Salah satunya karena saya ingin berbicara pada generasi setelah saya. Misal di VoL, bagaimana Bandung sekitar tahun 2006-2007 bagaimana sekolah dan pembelajaran saat itu. Dengan buku kita bisa berbicara itu tanpa harus berkoar-koar.

Saya takut lupa memori yg indah itu, saya juga takut segera dilupakan kalau saya sudah meninggal nanti.
Maka,

"Menulislah! karena manusia mudah lupa dan dilupakan."

Semoga tidak puas😅

Pertanyaan 2
Apa tantang yang dihadapi ketika menulis ini? Dan bagaimana cara untuk menjaga semangat menulis? (M Al Bani, PPI 45 Rahayu)

Gak ada kesulitan yg berarti sih. Paling di awal saja saat latihan menulis sebelum mulai prolog, vol 1 sampai selesai.

Susahnya membuat prolog yg memikat dan puncak. Sampai dirombak betul tulisan saya. Dibuang dan dibuat baru. Selanjutnya lancar jaya.

Saya paling tidak tega membuat peran antagonis😅 berasa dosa. Namun, saya yakinkan lagi bahwa ini fiksi, jadi gak masalah.

Menjaga semangat ya, dengan menentukan deadline. Dan bayangkan manfaat kalau tulisan kita selesai. Alhamdulillah.. Semangat kembali.
Semoga tidak puas😉

Pertanyaan 3
Bismillah teh il apa alasan teh il bikin novel bergenre romantis? Kenapa ga ngambil genre fiksi ilmiah?
(Jasmine Aulya F, PPI 01 BDG)

Jawabannya karena saya suka genre roman🥰

Karena menulis itu harus hal yg kita sukai maka saya menulis roman. Begitu Jasmine.

Semoga tidak puas😉

Pertanyaan 4
berhubung baru mulai mau curatcoret🤭, kadang suka bingun.. terus suka ragu. terlebih kurang percaya diri dgn apa yg coba saya tulis itu.. entah kenapa.. pdhl saya sudah mencoba "ah bodo amat.. tulisan² saya" 😂 tapi ttep ketika saya mau coba ngepost tulisan saya, sikap itu muncul tiba² dan pasti tulisan itu gak bertahan lama, langsung saya delete lagi terkadang juga saya mengurungkan diri kembali.🙈

gimana yaa cara ngatasi sikap itu🤭😂 (Dina Sumiati, Imarot)
Jawaban:
Dina ini mungkin mengalami proses krisis kepercayaan diri. Ya, sama juga dialami sebagian penulis.

Kita harus memulai, tak apa jelek.. tak apa gak enak dibaca..

Percayalah, tulisan kita akan menjadi lebih baik jika terus dilatih.

Publish, bukan hanya untuk diri sendiri.

Menulis itu bukan masalah teori, tapi lebih ke praktik.

Menulislah seperti anak kecil yang belajar berdiri, berjalan. Apakah dia pernah berhenti semangatnya karena jatuh?

Tentu saja tidak. Kalau dia berhenti maka banyak anak yg tidak bisa berdiri sampai dewasa. Banyak anak yg tidak bisa berjalan setelah dewasa kalau mereka putus asa hanya karena jatuh.

Jangan lupa juga banyak membaca. Membaca juga melatih kita untuk membuat tulisan yg baik itu seperti apa.

Membaca akan memperkaya diksi kita dalam menulis juga.

Sehingga tulisan kita menjadi lebih baik lagi.

Semoga tidak puas Dina😉

Pertanyaan 5

Izin bertanya teh, dulu aku punya keinginan besar buat menerbitkan buku. Tapi, semakin lama aku semakin sibuk di organisasi, keinginan buat ngetik naskah juga semakin berkurang dan pernah berfikir buat stop, atau berhenti dari dunia literasi. Pertanyaannya, gimana sih cara membagi waktu kesibukan kita di dunia nyata sama dunia literasi? Akhir akhir ini juga Yulia lebih milih kewajiban organisasi dan melupakan naskah yang pernah Yulia ketik dulu, gimana masukannya teh? Terimakasih ^^
(Yulia nurfadhillah, SMA Muhammadiyah Cipanas)
Jawaban
Pertanyaan ini sebenarnya mirip dengan pertanyaan pertama dari Risna boleh ditengok lagi.

Yulia ini sudah bagus punya naskah. Selesaikan sayang sekali.

Tadi yg saya bilang harus punya waktu untuk writing time tidak perlu lama. Manfaatkan waktu yang benar-benar luang dan enak untuk menulis. Satu jam cukup sehari. Tidak akan terlalu membuang waktu. Konsisten, insya Allah naskahnya selesai.

Tanya lagi ke hati, buat apa kita nulis? Buat apa nerbitin buku? Luruskan niatnya.. Kalau sudah menemukan niat awal insya Allah kembali semangat. 

Dampak kalau tidak menyelesaikan apa? Dampak kalau selesai apa? Apa yg kita peroleh? Silakan direnungkan. Seberapa penting naskah tersebut.

Begitu Yulia, semoga tidak puas😉

Pertanyaan 6
Bismillah..
Teteh saya zidni husna mau bertanya
•Suka dan dukanya bu ilmi saat menulis buku Voltage of love🤭
Juga lesan bagi kita khususnya remaja yang saat ini sedang mengalami masa-masa percintaan (Zidny)
Jawaban:
Suka dukanya apa ya? 🤔

Karena ini pengalaman sukanya saat mengingat masa-masa konyol di SMA. Senyum-senyum sendiri😅

Dukanya keinget juga kisah sedih bagian akhir bener-bener bikin melow saat menulis dan menyunting bagian ini. Sampai bener-bener nangis.

Biar tahu selanjutnya harus baca sendiri..

Remaja sekarang ya? 🤔 jujur ya saya lebih menyukai remaja yg menyimpan cintanya dalam diam.

Karena rasa itu memang tidak bisa dimungkiri, memang pemberian dari Sang Maha.

Namun, kita insya Allah bisa menjaganya jangan sampai diumbar-umbar sampai yg halal tiba. Jodoh kita dunia akhirat. (Cie😅😂)

Manfaatkan masa SMA (Mu'allimin) dengan mencari teman sebanyak-banyaknya. Menjalin persahabatan dan pengalaman seluas-luasnya.

Saya gak pacaran ya waktu sekolah😉 lagi seru-seruan sama teman-teman sama pelajaran😆

Begitu Zidniy semoga tidak puas😊

Pertanyaan 7
Bismillah
Apa hal awal yang memotivasi teh ilmi untuk terjun ke dunia literasi ?

Jika tadi lebih spesifik ke tulis menulisnya, sekarang lebih umum ke dunia literasinya teh, 🙏🏻
(Tia lutvia fadhillah, Ppi 60 Katapang)
Jawaban: 
Saya dan dunia literasi seperti jodoh yang tidak bisa ditukar.

Kalau ingat saya pernah bilang saat launching buku ADP. Saya masuk ke literasi karena terpaksa dan dipaksa.

Saat SD saya dijejali novel oleh kakak saya, bacaan dia yg sudah SMA 😅

Novel apa coba yg pertama Yesaya baca sampai habis?

Ketika Mas Gagah Pergi karya Bunda Helvy.

Di situ apa saya suka? Belum.

Di MTs dan SMA nilai Bahasa saya selalu paling tinggi, terutama bahasa Indonesia. Saya suka latihan-latihan soal juga.

Entahlah, masuk pula jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Belum begitu suka. Menulis dan membaca kebanyakan karena tugas😆

Saya belum minat jadi penulis.

Saya kira itu semua konspirasi alam semesta. Memaksa saya terjun ke dunia literasi ini.

Saya pun jadilah guru Bahasa Indonesia. Semakin membuat saya terdesak banyak membaca dan menulis.

Sampai 2017 saya ikut pelatihan menulis online. Katanya kuliah di jurusan bahasa harusnya sudah punya 4 buku karena kurang lebih 4 tahun dihabiskan.

Dari sana saya berazam untuk menjadi penulis.

Banyak membaca banyak berlatih menulis. Ikut pelatihan sana-sini. Ikut lomba,dll.

Lebih serius lagi mewujudkan mimpi jadi penulis.

Dan hasilnya karya-karya yg saya tulis di CV

Begitu, Lutvia. Semoga tidak puas😉

Pertanyaan 8
bismillah...
perkenankan saya untuk bertanya😁
perihal judul buku ini "Voltage of love" atau disingkat "Vol" tentunya kaitannya yaitu genre buku itu sendiri yang bergenre roman, nah selain daripada itu apakah ada filosofi lain terkait penamaan judul buku ini?
terimakasih
(Wijdan Khairul M M, Muallimin PPI 45 Rahayu)
Jawaban:
Akhirnya keluar juga pertanyaan ini.

Voltage of Love

Pertama karena belum ada judul senyeleneh ini. Kenapa saya ambil Bahasa Inggris, bukan bahasa Indonesia karena masyarakat lebih suka dengan istilah asing. Misal: Kopi Hitam dengan Black coffee

Coba rasakan bedanya. Beda kan? Hahaha.. 

Harganya pun beda kalau Kopi hitam paling mahal 4000 rupiah, kalau Black Coffee bisa sampai 20.000 bahkan lebih. Padahal sejatinya sama.

Voltage itu sebenarnya di ambil dari salah satu bab dalam VoL, arus dan tegangan. Yang istilahnya volt, voltase, atau voltage (Ing)

Di bab tersebut Adeela memang sedang belajar fisika di kelas dengan guru fisika baru yang ia kagumi 🥰 betapa tidak, pintar, ganteng, modis, dan keren. Makanya dari sana asalnya tidak suka jadi suka banget fisika. Yang tadinya duduk paling belakang kalau pelajaran Fisika atau kabur dari kelas, berubah menjadi rebutan bangku paling depan. Ya, disana timbul rasa cinta ke Fisika dan embel-embelnya.

Kebayang kah?

Semoga tidak puas, Wijdan😉





Rabu, 29 April 2020

Testimoni Pembaca Voltage of Love


Testimoni Pembaca Voltage of Love
Apa sih kata mereka yg sudah membaca VoL secara lengkap? Mau tahu atau tahu banget? (Cukup dijawab di dalam hati dulu) 🤭

"Bukunya menarik, kekinian. Cocok untuk kalangan remaja. Buku yang menyajikan kehidupan remaja di sekolah ini membuat kita tahu diantara problematika yang dihadapi oleh para pelajar di masa sekarang, seperti naik turunnya semangat dalam belajar karena lawan jenis, membuat kita tau apa yang mereka rasakan. Dengan penyampaian yang ringan, membuat pembaca mudah memahami dan seakan masuk ke dalam cerita tersebut"
(Albani, Ketua Perak periode 2018-2019)

"Bacaan pulang kerja😎 Makasih Imi Fadhil 🙏🏻sudah menjadikan 3G jadi inspirasi di bukunya, semoga bisa berkarya terus👍🏻"
"Bru baca bbrp chapter dah snyum2 sndiri nih😊"

"yaa bbrp crita trinspirasi dr kisah nyata jdnya bsa nostalgia 😊"

"spoiler dikit: ada cerita ttg genk yg dulu rame d kelas, krna prnh jd saksi hidup jdnya mnarik aja ngikutin alurnya"
"effortless imagination lah 😎"

(Sanditama Bramantika, S.T. alumni ITB)

"Voltage of Love membuat saya 
bernostalgia dengan masa remaja. Benar-benar membuat rindu masa itu. Cinta dan persahabatan, menjadi dua kekuatan untuk karya ini. Bacalah dan rasakan sendiri."
(Yovie Kyu, Founder Q-Writing Consulting)

Maaf ya, untuk yg testimoni kedua dari Sandi, benar-benar tidak diedit. Saya mau memang pure, apa adanya 🤗
Jadi semua ya seadanya dari para pembaca😉

Mungkin cukup sekian penjelasan dari saya. Kalau masih penasaran nanti boleh ditanyakan lewat moderator.
Salam Literasi👆🏻👆🏻

Selasa, 28 April 2020

Proses Kreatif Pembuatan Novel VoL


Proses kreatif pembuatan VoL
Ide awal cerita adalah dari pengalaman penulis sendiri saat SMA. Meskipun banyak perbedaan dengan kenyataannya karena fiksi tetaplah fiksi, tetap banyak rekaan guna membuat cerita lebih menarik.

Penulis menyelesaikan naskah novel ini kurang lebih 3 bulan dengan bimbingan langsung dari Kang Yovie Kyu dari Q-Writing Consulting.

Sebelum publish, novel ini juga diujikan terlebih dahulu kepada pembaca pertama: Albani sebagai remaja pelajar yang merupakan target sasaran novel ini.
Alhamdulillah,  keduanya hadir juga di sini Kang Yovie dan Albani🤗🥰

Blurb Voltage of Love


Judul: Voltage of Love
PENULIS: Imi Fadhil
Ukuran : 14 x 21 cm Tebal : 124 halaman ISBN : 978-623-7392-94-1
Terbit : Juli 2019
Penerbit:  Guepedia
Harga : Rp 69000
Blurb:
Aku Adeela. Mungil,  berhijab dan berkacamata. Semangat belajar, jangan ditanya. Takdir membawaku melenggang ke salah satu SMA favorit kota Kembang.
***
Dia Deva. Sahabatku sejak bangku Tsanawiah. Pintar, perhatian, tapi konyol minta ampun.Tak kuduga, ia pun lolos masuk SMA yang sama.
***
Menurut Deva, aku berubah sejak masuk SMA. Semangat belajar turun. Hanya main-main saja. Kami pun dihadapkan masalah perasaan yang pelik.
***
Akankah kami punya kisah yang indah?
atau sebaliknya?

Senin, 27 April 2020

Abadi dengan Puisibl (catatan)


Abadi dengan Puisi:  karena yang Kau Tulis Takkan Pergi dan Menghilang
ADP diinisiasi oleh komunitas Perak (Pena Rahayu Kreatif). Isinya berupa antologi puisi karya santri Mu'allimin Persis 45 Rahayu. Sebagian kelas XI,  dan beberapa santri dari kelas X dan XII tahun ajaran 2018-2019. (Total ada 89 puisi dari 85 penulis).
Launching:  22 November 2018 bertepatan dengan Seminar 8 PPI 45 Rahayu
Acara penyerta: Talkshow Kepenulisan dengan narasumber:  Tim Perak, Kang Hilman Indrawan, dan Kang Adnan Al-Ghifary
Tim ADP
‌Ilmi Fadillah:  sebagai pemantik, editor, sekaligus penanggung jawab.
‌Muhamad Al Bani:  ketua Tim (koordinator kontributor, editor, dll. tambahkan sendiri)
‌Alfi Saeful Akbar:  koordinator tim  kreatif
‌Anggota Tim lain: M. Safiq Mubarok, Neulis Lisnawati, Hardika M. Reza, Syifa Salamah, dan Taufik Nugraha.
First reader ADP:
‌Eli Nurhalimah, S.S. (guru b. Indonesia MTs Persis 45 Rahayu)
‌Hj. Djubaedah, S.Pd.I. (Pembimbing RG-UG dan staf asatidz di Mu'allimin PPI 45 Rahayu)
‌Ismail Fajar Romdhon, S. Pd. (Tasykil PP Pemuda Persis dan Staf asatidz muallimin PPI 45 Rahayu
‌Iman Hilman, S.Pd. (Wakil Mudir Mu'allimin dan aktivis komunitas sastra Bangbung Ranggaek)
‌Adnan Al-Ghifary/Pujangga Pencari
Tuhan (alumni Mura 03 dan penyair)
‌Hilman Indrawan, S.Pd.I (penulis dan founder Madrasah Pena)
‌Yovie Kyu (Penulis dan founder Qwriting Consulting)
Semua tanggapan dari pembaca pertama sangat positif (boleh dibacakan salah satunya)
Proses terbitnya ADP
ADP awalnya hanya sekadar tugas menulis puisi dari guru B. Indonesia. Namun, ternyata karya-karya santri ini luar biasa menjangkaui harapan sebelumnya. Saat diposkan di medsos santri masing-masing pun mendapatkan respon yang positif dari warganet alias netizen. Termasuk, kang Aldy Istanzia Wiguna (Ketua Pesantren Sastra) mungkin beliau pun sudah lupa, pernah iseng membuat puisi di akun facebooknya dan menandai guru Besar. Indonesia kami. Nah, dari sana terbersitlah untuk membukukan karya-karya Santri tersebut. Minimal dalam bentuk digital.
Mimpi itu sempat terkubur. Sampai di tahun ajaran baru bidang kurikulum Mu'allimin mengukuhkan sebuah kegiatan ekskul bernama KIR. Kami sederhanakan menjadi ekskul kepenulisan (lebih luas menurut kami).  Maka mimpi itu muncul kembali. Atas dukungan  semua pihak terbitlah ADP.
Tambah lagi, Qodarullah, guru kami menang lomba puisi yang salah satunya adalah voucher penerbitan gratis. Makanya kami tidak bingung lagi memilih penerbitan.
Dalam kurang lebih sebulan:  pengumpulan ulang, pengeditan dan penerbitan (termasuk ISBN yg paling lama).
Harapan  Terbit  Setelah ADP
Kami sadar masih banyak kekurangan di karya-karya kami ini. Namun, semoga
ADP bisa jadi karya pertama yang memantik santri untuk berkarya lebih baik lagi, lebih banyak lagi.
Minta doanya sedang proses menulis buku kedua (antologi cerpen) semoga Allah mudahkan.

Minggu, 26 April 2020

Belajar Shaum

Mempunyai anak saleh dan salehah merupakan cita-cita semua orang tua, termasuk saya tentunya. Alhamdulillah, kami tinggal di lingkungan yang islami. Jadi, sangat mendukung perkembangan dan kecerdasan spiritual anak-anak.

Bulan Ramadhan adalah kesempatan yang baik dalam mendidik anak dalam beribadah. Salah satunya adalah belajar shaum. Secara tidak langsung juga mengajarkan anak untuk bangun lebih awal, belajar merasakan lapar sehingga akan peka terhadap sesamanya yang kekurangan, belajar pula menahan nafsu, dll.

Menginjak tiga hari shaum, alhamdulillah anak saya yang pertama--Fatiya yang baru berumur 8 tahun masih konsisten dengan ibadah shaumnya. Hanya berat di hari pertama. Wajar saja, orang dewasa pun merasakan hal yang sama di hari pertama shaum. Ditambah si sulung hari itu sedang tidak enak badan. Malam sebelumnya asmanya kambuh. Beberapa keluhan dilontarkan: capeklah, lapar, haus, dll. Namun, alhamdulillah bisa dilalui dengan baik. Semoga bisa konsisten sampai akhir ramadhan.

Selalu berdoa untuk anak-anak kita, robbii hablii minassholihiin. Semoga mereka menjadi wasilah kita menuju surgaNya. Aamiin.. Yarobal 'alamiin.

Sabtu, 25 April 2020

Akhirnya bisa beli buku dari uang tabungan


Akhirnya bisa beli buku dari uang tabungan.
Liburan di tengah pandemi sungguh tidak menyenangkan. Sebenarnya bukan liburan, tapi belajar di rumah. Apapun namanya, yang jelas anak-anak sepanjang hari berada di rumah. Bosan? Tentu saja.

Apa yang harus dilakukan? Main di luar tidak boleh. Mengerjakan tugas di rumah sangat menjenuhkan. Apalagi sering ada bentrok dengan orang tua yang tugasnya bertambah, yaitu menjadi guru di rumah selama phisical distancing dan #di rumah aja. Bahkan, orang tua yang pekerjaannya guru pun biasanya kewalahan menghadapi sangat anak.

Di tengah kebosanan tersebut, Fatiya mengeluh. Kalau saja ada buku untuk dibaca. Saya sarankan membaca ulang pun tak mau. Katanya sudah diulang beberapa kali.

Sampai suatu hari, emaknya lihat diskon novel anak di toko buku online. Kebetulan bisa COD alias bayar di tempat. Si anak pun berinisiatif untuk membongkar celengannya. Isi celengan itu

Jumat, 24 April 2020

Dalam Nama Terselip Doa


Picture by Tim BSB
Designed by Canva

Apalah arti sebuah nama? Begitu kata peribahasa. Bagaimana menurut kalian? Namun, menurut saya nama itu penting. Apalagi dalam Islam. Nama adalah doa. Doa dari orang tua untuk anaknya tercinta. Tentunya doa-doa terbaik. Maka memberikan nama untuk buah hati harus sungguh-sungguh. Jangan asal-asalan.

Setiap keluarga punya ciri khas dalam memberikan nama-nama untuk anak-anak mereka. Misalnya, setiap anak diberikan nama belakang yang sama. Biasanya diambil dari nama ayahnya. Nama anak-anak bisa juga diberikan huruf awalan yang sama atau bahkan setiap katanya dengan awalan huruf yang sama atau ciri khas lainnya yang unik.

Kebetulan keluarga kecil saya memberikan nama-nama anak dengan awalan huruf "F" Kenapa "F"? karena masing-masing nama kami (saya dan suami) terselip huruf "F". Fadillah dan Fajar. Nama panggilan kami juga dari huruf F. Fillah dan Fajar. Maka anak-anak kami pun diawali oleh huruf F dan diakhiri dengan nama belakang suami: Shiddieq.

Anak pertama: Fatiya Sharliz Raihana Shiddieq (Fatiya)
Anak kedua: Faiqa Najma Aqilla Shiddieq (Aqilla)

Berikutnya anak ketiga, kadung harus awalan huruf F lagi dan buntutnya nama belakang bapaknya. Tak biasanya, belum menyiapkan nama. Padahal bayi sudah lahir. Sudah banyak yang nanya siapa namanya. Menebak-nebak nama dari huruf F, dll. Hehe.. Nanti dulu, emaknya belum mood. Lagian masih ada waktu sampai hari ketujuh.

Lahir di suasana pandemi, tidak lantas ikut-ikutan memberi nama berhubungan dengan makhluk kecil yang tak terlihat itu. Emak pun buka paririmbon dan diskusi dengan si sulung. Tercetuslah nama ini:

Fadya Rasyidatul Jaziya Shiddieq (Jaziya) 

Fadya: Yang menyelamatkan
Rasyidatul: Cerdas, yang mendapat petunjuk
Jaziya: Pemberian
Shiddieq: Yang membenarkan

Arti lengkapnya, silakan gabungkan sendiri. Hehe.. Kurang lebih begini,
Pemberian (dari Allah) yang menyelamatkan, cerdas, dan yang membenarkan.

Nama tersebut merupakan doa kami, semoga anak pemberian Allah ini akan menyelamatkan kedua orang tua dan orang-orang sekitarnya dengan kecerdasan dan petunjuk dari Allah, serta selalu terdepan dalam membenarkan yang haq. Sehingga kita semua bisa berkumpul di surgaNya. Aamiin.. Ya robbal 'alamiin.

Kamis, 02 April 2020

Buku Pertama Fatiya


Picture by canva

Sebelumnya sudah saya bahas buku apa pertama yang saya belikan untuk Fatiya. Ya, Buku bergambar Princess Lathifa dan Sepeda Roda Tiga karya Yulia Nurul Irawan. Kebetulan penulisnya adalah sahabat saya saat kuliah di UPI. Cerita yang sederhana, tapi sangat ngena buat anak-anak. Sifat khas yang kebanyakan ada pada anak-anak, yaitu cengeng. Sedikit-sedikit menangis, jatuh menangis, ingin sesuatu menangis, dll. Maka dalam buku ini menunjukkan bahwa cengeng itu tidak baik. Satu lagi pelajaran hidup, bahwa kita harus menjadi pribadi yang mudah memaafkan orang lain.

Fatiya sangat senang sekali dengan buku ini. Ke mana-mana dia bawa. Sampai kalimat-kalimat dalam buku ia salin di buku hariannya. Saat itu memang ia belum lancar membaca. Namun, ini sangat membantu sampai lancar membaca. Alhamdulillah.

Awalnya, dibacakan selanjutnya ia baca sendiri. Saya ingat sekali pertama saya belikan novel anak. Ia bawa-bawa ke mana pun, bahkan saat main ke luar sm rumah. Sampai  habiskan satu novel. Ada salah seorang keluarga yang penasaran bertanya, "Disuruh mamah ya baca buku? "
Fatiya pun bingung menjawab, "Enggak! "
Memang saya tidak pernah memaksa untuk membaca buku. Saya hanya memberi contoh sering membaca buku dan memberi fasilitas anak-anak untuk membaca buku.

Kalau ke pasar minggu, yang dibeli buku. Fatiya sampai menyisihkan uang jajan untuk menabung dan hasilnya untuk beli buku. Selain memang punya jatah buku kalau sedang ada uang lebih. Kalau emaknya beli buku, anak-anak juga harus punya jatah juga buku masing-masing.
Sampai hari ini tidak terhitung banyak buku anak-anak.

Mungkin karena saya pun berpikir buku itu penting dari keperluan lainnya, seperti pakaian atau barang lain. Kalau untuk beli buku tidak perlu berpikir banyak seperti kalau mau beli kebutuhan kain. Maka Fatiya pun begitu. Kalau ada buku bagus, merengek minta dibelikan, tak apa kalau harus menggunakan uang saku atau tabungannya.

Beberapa kali ikut ke pameran buku di Landmark Braga, yang lain asyik nonton pertunjukan, Fatiya malah asyik baca buku yang dibelinya. Waktunya pulang buku-bukunya sudah habis dibaca. Alhasil, minta dibeliin buku lain lagi. Kadang kewalahan juga. Seperti saat ini sedang pandemi yang mengharuskan kita diam di rumah. Fatiya merengek minta buku baru. Semoga selalu ada rezekinya ya buat beli buku lagi. Pun semoga istiqomah gemar membaca buku dan bisa memetik hasil dari manfaatnya membaca buku.

Sabtu, 28 Maret 2020

Shiddieq Family's Birth Plan



  • Nama: Ilmi Fadillah
  • Umur: 30 tahun
  • Golongan Darah: A+
  • Pendidikan: S1
  • Pekerjaan: Guru
  • Nama Suami: M. Fajar Shiddieq
  • Umur: 31 tahun
  • Pekerjaan: Wiraswasta
  • Alamat: Kp. Cikeueueus RT 07 RW 06 Desa Rahayu Kecamatan Margaasih Kab. Bandung
  • G.P.A:
  • Hpht: 16 Juli 2019
  • HPL: 23 April 2020/14 April 2020 (USG) 
  • Penolong Persalinan: Bidandari Bumi Sehat Bahagia
  • Makanan Favorit: Semua suka yang penting halal dan toyyib
  • Alergi obat-obatan: -
  • Alergi makanan: -
  • Riwayat kesehatan diri: -
  • Riwayat kesehatan suami: -
  • Riwayat Kehamilan: Saya pernah dua kali hamil dan melahirkan. Kedua persalinan yang saya alami cukup penuh drama. Pertama 39 menuju 40 minggu dan kedua tepat di 41 minggu. Meski harapan bisa lahiran di bidan dekat rumah, ternyata qodarullah persalinan pertama dan kedua di Rumah Bersalin Permata Hati, ditangani oleh dokter Adiwarti Suhardi. Keduanya tidak spontan karena pembukaan tidak bertambah-tambah. Akhirnya dokter memutuskan untuk menginduksi untuk menambah pembukaan sampai bukaan lengkap. Alhamdulillah anak pertama dan kedua dilahirkan normal dan selamat dengan banyak jahitan. Anak pertama lahir 21 September 2011, Bb 3,65 kg dan Tb 51 cm dengan lebih dari 12 jahitan. Anak kedua lahir 04 Juli 2015 dengan Bb 2,85 kg Tb 48 cm dengan 10 jahitan saja.

  • ‌Suasana: Terang
  • ‌Aroma Terapi: Jasmine
  • ‌Pendamping Persalinan: Suami
  • ‌Pijat: Endorpine-oksitosin
  • ‌Terapi: kompres vagina
  • ‌Suara speaker: murottal Muhammad Toha Al Junayd
  • Terapi lain: Birthing Ball, Rebozo, dan lain-lain yang bisa membuat persalinan lancar dan nyaman

Kala 2
  • ‌diinformasikan saat kepala bayi krowning
    ‌Melakukan IMD
  • ‌Posisi sesuai kesepakatan yang nyaman bagi ibu bersalin


Kala 3
  • ‌IMD selama 1 jam setelah bayi lahir atau disesuaikan
  • ‌Plasenta tidak langsung dipotong
  • ‌Pemotongan tali pusar oleh bidan disaksikan suami
  • ‌Penyuntikan Oxitosin jika diperlukan saat pelepasan placenta


Kala 4
  • ‌Diberikan vitamin K
  • ‌Diberikan salep mata
  • ‌Diberikan vaksin HbO
Demikian rencana persalinan ini dibuat atas dasar pemahaman dan telah dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya, semoga persalinan ini sesuai dengan harapan kami.
Calon Ibu,

Ilmi Fadillah
Calon Ayah,

M. Fajar Shiddieq


Catatan: sumber format birthplan @bumisehatbahagia

Kamis, 26 Maret 2020

Anakku Jadi Kecanduan Buku

By Canva

Setiap anak memang unik, termasuk anak pertama saya. Kekurangan mereka justru bisa jadi kelebihan yang mengagumkan. Jika kita asah dengan benar.

Fatiya memang penakut, khususnya jika mendengarkan cerita. Ternyata, saya tahu belakangan bahwa ia punya imajinasi yang tinggi, menjangkau masa depan yang lebih jauh dari yang lain. Hal tersebut berdasarkan tes sidik jari yang dilakukan saat usianya 7 tahun. Kami pun paham kenapa dia seakan takut saat tengah mendengar cerita. Fatiya jauh membayangkan cerita tersebut lebih dari anak lain.

Mungkin ini terlambat, tapi peribahahasa mengingatkan, "Better late than never". Saya belikan buku untuk Fatiya. Buku pertamanya, berjudul Princes Lathifa dan Sepeda Roda Tiga. Buku anak yang ditulis oleh teman saya saat kuliah. Saya langsung order dari penulisnya biar dapat bonus tanda tangan dan kata penyemangat. Sebenarnya bukunya buku balita, berbentuk boardbook. Namun, menurut saya masih cocok untuk anak SD. Dan saya pilih boardbook agar awet, tidak mudah sobek. Benar saja, sekarang diwariskan ke adiknya, Aqilla.

Dari buku pertama, berlanjut ke buku-buku berikutnya. Mulai dari buku yang dipajang di pasar-pasar minggu sampai toko buku, dan pameran buku. Setiap ada uang lebih saya sisihkan untuk membeli buku, beberapa untuk saya sendiri dan beberapa lagi untuk anak-anak. Masing-masing punya jatah.

Fatiya pun mulai kecanduan buku. Kalau tidak dijatah, dia bisa ambil buku saya untuk dibaca. Sempat kecolongan, dia baca novel Aroma Karsa.

Rabu, 25 Maret 2020

Gegara Covid 19

Gambar dari Canva

Gejala-gejala yang dialami oleh orang yang terpapar virus Corona di antaranya, batuk, sakit tenggorokan, demam, dan sesak. Seputar sistem pernapasan. Menurut ahli virologi menambahkan, virus tersebut bisa juga menyerang sistem pencernaan. Di antaranya bisa menimbulkan diare pada penderitanya.

Di tengah situasi seperti ini, tentu saja membuat orang-orang waswas. Pun saya. Saat suatu malam merasakan sakit tenggorokan. Saya takut, parno. Jangan-jangan corona. Naudzubillah.. Tsumma naudzubillah. Besoknya langsung minum air hangat campur lemon dan sari kurma. Alhamdulillah langsung sembuh.

Hal yang sama kalau terjadi pada anggota keluarga yang lain. Saat suami batuk-batuk. Saya langsung tanya, "Aa batuk? Sudah lama?"

Suami agak risih menjawab, "Apa sih takut aa Corona ya?! "

Anak-anak yang susah diberi tahu jaga asupan makanan, eh sudah sekali disuruh makan nasi. Bahkan, kecolongan jajan es krim, permen, atau jajanan lainnya yang menyebabkan batuk atau pilek. Kan parno juga. Saya cekokin setiap hari ekstrafood, sari kurma, dan lemon (dari neneknya).

Demikian juga pada keluarga saya yang lain, yang tidak serumah. Susah mengontrol mereka. Mamah Bapak yang masih saja keluar rumah, dengan alasan ada keperluan penting. Adik-adik yang juga bandel masih keluar rumah. Malah di tengah pandemi nonton sepak bola ke stadion. Katanya terakhir sebelum PSSI melarang pertandingan.

Belum lagi kakak yang tinggal di beda provinsi. Syukurnya, kakak lebih waspada. Ditambah daerah Jawa Timur masih bersih. Satu lagi yang bikin sedih. Adik yang tengah kerja di Malaysia. Sudah seminggu sakit dan gejalanya dicurigai terpapar.

Adik yang lahir berdekatan langsung denganku memang agak hati-hati, tapi juga agak berlebihan. Maklum jauh dari orang tua. Biasanya segala hal diurus mamah. Sekarang jauh. Saat di grup mamah mengirim file paspor dan nomor kontak bosnya di sana, katanya bisa dihubungi kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Tetiba air mata turun deras tak bisa dibendung.

Tak ada perkembangan kondisi kesehatannya, adik pun memutuskan ke rumah sakit untuk periksa. Niatnya ya berobat biasa, rawat jalan. Eh malah diintrogasi. Tentu saja gugup. Apalagi saat pergi ke rumah sakit hanya sendirian. Bos dan teman-temannya enggan mengantar karena rasa takut pula.

Introgasi pun selesai, dan adik harus dicek Covid. Kata mereka, adik terus termasuk yang harus dicek, ya mungkin karena gejala yang muncul. Kami sekeluarga menyemangati dan mendoakan, termasuk saya. Semua meyakinkan agar berpikir positif dan akan sembuh. Harapan kami cuman satu: hasil tes negatif.

Saya pun sambil waswas, tapi alhamdulillah Wa syukrulillah. Hasilnya memang negatif. Lebih cepat dibanding yang dijanjikan. Katanya kalau positif, hasil keluar 24 jam. Jika negatif 3-4 jam baru keluar. Faktanya, hasil keluar hanya sehari dan NEGATIF.

Kami tahu Engkau melindungi kami. Ya Allah, selalu lindungi kami dari penyakit berbahaya. Segera musnahkan makhluk bernama Covid 19 itu. Datangkanlah kebaikan-kebaikan ya Allah, bersama bulan suci Ramadhan. Aamiin.. Allahumma aamiin..



Senin, 23 Maret 2020

Sulungku Paranoid Mendengarkan Dongeng


Gambar oleh Canva

Seorang anak duduk di pojok kelasnya. Keringatnya bercucuran, wajahnya menunjukkan rasa takut luar biasa. Padahal anak lain sedang asyik mendengarkan ibu gurunya bercerita.
Itulah sulungku bernama Fatiya. Bukan sekali saya mendapati laporan seperti itu dari guru kelasnya, tetapi sering. Sebagai orang tua tentu saja khawatir. Hal itu terjadi saat masih duduk di bangku Raudhtaul Athfal.

Banyak yang mencibir, bahkan keluarga dekat. Misalnya, "Ah, lebay! Masa dengerin dongeng saja takut."

Mendengar itu seorang ibu pastilah tidak enak. Apalagi kalau perkataan itu terfengar langsung oleh anak. Pasti semakin minder.
Saya konsultasikan pada pakar psikologi anak pada sebuah seminar. Bagaiamana menghadapi anak yang penakut seperti itu. Jawabannya, kemungkinan anak sering atau pernah ditakut-takuti. Kalau tidak oleh orang tuanya, boleh jadi lingkungan sekitarnya.

Psikolog tersebut menyarankan untuk terapi sendiri di rumah. Layaknya terapi untuk anak yang takut hujan. Sedikit demi sedikit dibiarkan hujan-hujanan. Sugestikan bahwa hujan itu menyenangkan. Begitu pula dengan kasus Fatiya. Dia takut cerita atau dongeng, perlahan-lahan dibacakan cerita. Sering, tapi sedikit-sedikit. Sambil diberikan sugesti bahwa ini hanya dongeng tak apa-apa dan tak perlu takut.

Setiap malam menjelang tidur, saya sempatkan baca dongeng atau read loudly. Membaca nyaring dongeng apa pun di buku. Terkadang menceritakan saya waktu kecil.

Ternyata Fatiya mulai berani, dengan siaga selimut menutupi seluruh tubuhnya. Setiap akan bergerak mengubah posisi, dongeng harus berhenti. Kebiasaan itu sepertinya bertahan sampai sekarang.

Sabtu, 21 Maret 2020

Apa Saja yang Harus Dibawa Saat Akan Lahiran?



Sumber gambar: Canva

Pengalaman saya, anak pertama lahir di minggu ke-39 mepet 40. Tepatnya 4 hari sebelum HPL. Sementara anak kedua lebih lama lagi, yaitu pada minggu ke-41, tepat seminggu dari HPL. Itu pun karena dokternya kasian, saya dan suami bolak-balik periksa. Kontraksi ada, tapi pembukaan gak nambah-nambah, ya akhirnya induksi lagi, seperti lahiran pertama.

Kok melebar ya jadi kayak birth story, hihi.. Maafkan tidak fokus.
Intinya, saya jadi agak nyantai mempersiapkan segalanya karena baru masuk 36 weeks. Tapi jujur, deg-degan juga. Siapa tahu lahiran ketiga ini lebih cepat. Jadi gak ada salahnya siap-siap dari sekarang. Ya, harus dong.. Wkwkwwk. Biar tenang, biar jongjon. Kalau kerasa mules atau tanda-tanda melahirkan datang, tinggal jinjing aja.

Apa yang harus disiapkan di setiap provider biasanya berbeda. Kalau tempat lahiran pertama dan kedua saya sih simpel, khususnya untuk bayi, kita tinggal siapkan dua pasang baju ganti bayi saja. Dipakaikan saat dede pulang ke rumah. Kalau untuk di sana, pakai punya rumah bersalinnya. Kalau untuk ibu, biasanya gak jauh berbeda ya setiap provider.

Jadi, Bunda... Tentukan dulu providernya. Rencanakan, dengan pendamping (suami atau orang tua) di mana kita akan melahirkan. Tanyakan langsung atau kepoin akun medsosnya.

Seperti saya, rencana lahiran di Bumi Sehat Bahagia. Kebetulan ada akun instagram dan facebook juga. Kalau kebetulan Bunda juga mau lahiran di sini yuk kita sama-sama siapkan semua keperluan ibu dan bayi seperti berikut ini.

Untuk Bayi
‌baju lengan pendek 6
‌baju lengan panjang 6
‌popok 6
‌pernel 8
‌sarung tangan kaki 3
‌waslap 1
‌selimut 1
‌topi 2
‌minyak telon

Semua keperluan khusus untuk bayi dipisah saja, Bun. Dalam satu tas khusus. Terus, lalau saya, popoknya dua jenis. Popok kain sama diapers. Dan ditambah kaos singlet bayi 6 buah. Ada satu lagi, tidak ada dalam list, yaitu gurita bayi. Memang katanya kekinian gurita sudah tidak dipakai, tapi buat jaga-jaga aja. Saya cuman beli 3 buah, itu pun yang pakai perekat, bukan yang tali-tali.

Di bumi sehat bahagia, tidak perlu membawa peralatan mandi, mungkin sudah disediakan di sana. Kecuali, handuk dan minyak telon ya.

Untuk Ibu
‌sarung 3
‌samping 3
‌baju ganti 2
‌pembalut
‌handuk
‌alat mandi

Saya sudah siapkan juga keperluan untuk ibunya. Sama ya, masukkan ke satu tas khusus ibu. Saya tambahkan juga korset. Itu baju ganti maksudnya 2 stel ya, termasuk daleman juga. Jangan lupa! Kalau saya tambah 1 stel untuk pulang dari rumah bersalin.

Makanan
‌kurma
‌sari kurma
‌madu
‌cokelat

Ini yang cukup unik selain pakaian ibu dan bayi, makanan juga perlu disiapkan ya, Bun. Untuk menambah stamina bulin nanti saat proses lahiran. Makanan ini memang tepat sekali. Disebutnya nutrisi sunnah.
Kalau pas lahiran kedua, saya beli dadakan sambil ngerasain mules belanja makanan buat bekel. Kue, roti, minuman, dll. Seabrek-abrek. Hihi.. Pas waktunya boro-boro mau makan. Semua jadi gak enak. Makanya list makanan dari Bumi Sehat Bahagia tepat sekali.
Selamat mempersiapkan persalinan yang terindah, Bunda, moms....

Sumber: 
1. Akun IG Bumi Sehat Bahagia
2. Pengalaman pribadi

Kamis, 19 Maret 2020

Benarkah Indonesia Sudah Lockdown?


By Canva

Seluruh masyarakat Indonesia tengah dilanda ujian yang sangat pandemik. Entah karena negara +62 ini terlalu welcome pada WNA atau TKA yang masuk padahal negara lain sudah lockdown karena virus corona ini.

Bahkan, saat pemerintah daerah maupun pusat menggemakan #14hari #dirumahsaja masih saja menerima tamu asing itu. Apakah benar-benar lockdown atau bagaimana? Sementara korban covid 19 ini semakin bertambah. Drastis di setiap harinya, bahkan setiap detiknya. Banyak yang meninggal dunia, walau tak menutup telinga ada sebagian mereka yang sembuh dari virus ini.

Hal ini benar-benar baru terjadi di Indonesia. Saat negara lain terkena, rasanya kita aman saja. Ya Allah kini telah sampai makhlukmu yang tak terlihat itu di negeri kami. Tak seperti wabah lainnnya sebelumnya, seperti SARS atau gki burung yang cepat pergi meninggalkan kami.

Empat belas hari, semoga ikhtiar bumi yang berdampak baik dan negeri ini cepat pulih. Tetap jaga kesehatan diri dan keluarga. Empat belas hari di rumah saja. Ikhtiar langit pun menjadi sangat penting dan utama. Allah yang berkehendak di mana dan pada siapa virus mematikan itu akan hinggap. Bagi orang yang beriman ini adalah peringatan dan ujian, Ya Allah lindungi kami.

Minggu, 15 Maret 2020

Dampak Virus Corona (COVID 19) pada Dunia Pendidikan


by Canva


Dunia digemparkan dengan sebuah virus yang bernama Corona. Awalnya virus ini hanya menyerbar di Kota Wuhan Cina. Ribuan orang terindikasi terkena virus yang katanya mematikan ini. Beberapa bulan kota yang ramai itu menjadi kota mati.

Warga negara Indonesia yang tinggal di sana dievakuasi. Dijemput dan diobservasi sampai dinyatakan bebas dari virus yang kini populer itu. Tak lama dari kota asalnya beberapa negara diberitakan beberapa warganya positif terinfeksi virus COVID 19 ini. Seperti, Korea, Australia, Malaysia, dll.

Kini virus ini merambah ke Indonesia. Beberapa orang diindikasi terinfeksi virus ini, termasuk Menteri Perhubungan kita. Beberapa kota dinyatakan waspada dan harus melakukan tindakan lock down, termasuk Bandung dan sekitarnya.

Diawali oleh Gubernur DKI Jakarta yang menutup semua tempat wisata dan tempat umum, termasuk meliburkan sekolah-sekolah untuk mencegah penyebaran virus agar tidak meluas. Beberapa walikota dan gubernur di kota lain pun ikut mewaspadai virus ini.

Pun gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil alias Kang Emil melakukan tindakan yang sama. Diikuti para bupati, dan intruksi kepala sekolah di setiap jenjang pendidikan.

Pimpinan Pusat Persatuan Islam pun mengambil tindakan yang cepat dalam menanggapi masalah urgen ini. Tak lama beberapa saat setelah intruksi meliburkan sekolah-sekolah dari pemerintah setempat, lembaga pendidikan PP Persis pun mengintruksikan sekolah untuk libur selama dua pekan.

Serentak, Grup WA asatidz Mu'allimin mengumumkan pengunduran UM dan UNBK, jelas Kelas X dan XI memang direncanakan libur apalagi setelah intruksi ini. Mudir Madarasah Ibtidaiyah dan Diniyah pun mengumumkan libur di grup orang tua santri mulai besok. Pun mudiroh RA Al-hasanah resmi meliburkan kegiatan belajar mengajar sementara sampai akhir Maret ini.

Waktu ini disinyalir sebagai puncak penyebaran virus berbahaya ini. Semoga Allah melindungi kita semua. Tetap ikhtiar menjaga kesehatan dan kebersihan, serta bertawakal pada Allah. Virus ini pun adalah makhluk Allah maka Allah mudah saja untuk memusnahkan virus ini.

Subhanallah... Ya Allah kami mohon jaga dan lindungi kami dari wabah dan segala penyakit yang ditimbulkannya. Semoga makhlukmu itu segera enyah dari kehidupan kami. Ampuni kami, astaghfirullahaladziim... atas kesombongan dan dosa-dosa yang membuat Engkau murka, ya Allah. Selamatkan kami.. Aamiin.. Allahumma aamiin...

Minggu, 08 Maret 2020

Kendala Teknis di Hari Pertama Ujian

Dokumen Pribadi

Hari ini adalah hari pertama kelas XII Mu'allimin PPI 45 Rahayu melaksanakan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional Berbasis Komputer (UAMBN BK). Ujian ini tentu saja bukan hanya di Rahayu saja, tetapi seluruh madrasah di bawah Departemen Agama.

Alhamdulillah, sesi pertama dilalui dengan lancar. Mulai dari pukul 07.30 sampai 09.00 WIB. Namun, tidak dimungkiri ada saja kendala atau hambatan secara teknis yang mau tidak mau dialami peserta ujian.

Kendala tersebut misalnya, perangkat komputer yang tiba-tiba tidak bisa dinyalakan. Namun, karena jumlah komputer lebih dari jumlah peserta, jadi peserta bisa menggunakan perangkat lain. Di sini peran teknisi sangat dibutuhkan sekali.

Di tengah-tengah pengerjaan soal, tetiba listrik mati. Namun, saat dinyalakan keadaan kembali seperti semula. Ada pula kendala kecil lainnya, tadi ada peserta yang tertinggal. Dia sudah mengerjakan semua soal dari nomor 1 sampai 50, tetapi tidak bisa logout. Pada layar komputer peserta belum mengerjakan 1 soal lagi sehingga tidak bisa keluar.

Lagi-lagi teknisi dan proktor yang berperan, ternyata caranya mudah. Hanya mengklik tombol f5, lalu masuk ke soal pertama dan terakhir. Akhirnya bisa logout dan keluar ruangan juga.

Yang perlu diperhatikan, peserta agar tetap tenang dan tidak panik jika mengalami kendala teknis tersebut. Diharapkan juga peserta mengikuti simulasi ujian dengan lengkap, agar lebih berpengalaman dalam mengerjakan soal maupun menghadapi kendala tersebut.

Selain UAMBN  BK yang dilaksanakan selama 3 hari, melipiti pelajaran Quran Hadits, Fiqih, dan SKI, ada pula rangkaian ujian yang lain. Ujian-ujian tersebut antara lain Ujian Madrasah (UM) lalu diselingi Ujian Akhir Pesantren (UAP),  terakhir Ujian Nasional Berbasis Komputer.

Semangat anak-anak didikku, semoga mendapatkan hasil yang terbaik.


Sabtu, 07 Maret 2020

Atasi Sungsang di Trimester Akhir Kehamilan

Sumber Gambar: 

Kehamilan memasuki trimester akhir, bayi masih sungsang? Apa yang harus dilakukan bumil?

Saat kehamilan masuk sekitar 6 bulan, kata teteh bidan bayi masih sungsang. Teteh bidannya bilang gak papa, emang di usia si bayi masih muter. Walaupun sudah sujud lama, nungging, ngepel, dan lain-lain. Ya, tetep si bayi akan muter. Terkadang kepala di bawah, kemudian ke atas, ke bawah lagi. Begitulah seterusnya, karena bayi masih leluasa di dalam rahim ibu.

Masuklah di trimester akhir, masuk 32 minggu kehamilan alias 7 bulan. Saat periksa USG. Ternyata masih sungsang.

"Bayi kamu sungsang, Nak! Kamu harus banyak sujud," nasihat dokter saat melihat posisi bayi saat USG.

Dua minggu setelahnya, kata teteh bidan si bayi masih sungsang juga.
"Tuh ini kepala (memegang bagian atas bawah dada), ini pantat (menekan perut bagian bawah), dan ini kaki (menekan perut bawah kanan). "

Namun, teteh bidan masih bilang gak papa, banyakin aja sujud (posisi dada menempel). Kalau sebulan lagi masih sungsang baru dilakukan treatment serius. Apalagi tidak ada riwayat sungsang sebelumnya.

Jadi apa saja yang harus bunda lakukan?
Pertama, bumil tetap tenang. Jika panik dan takut, usaha apa pun akan sia-sia.

Kedua, lakukan sujud 10-15 menit setiap hari. Rutin ya, Bun. Kalau saya biasanya setiap pagi dan malam hari. Pagi-pagi setelah salat Subuh. Malam setelah Magrib.

Ketiga, afirmasi ke bayi. Sambil sujud sambil komunikasi dengan bayi. Misal, "Dek, ayo muter. Cepet ke bawah kepalanya. Kita sama-sama berjuang biar lahiran normal." Lakukan dengan penuh cinta.

Keempat, sambil berdoa meminta pada sang pengatur kehidupan, Allah Swt. Ikhtiar akan ambyar jika Allah tidak berkehendak.

Kelima, ini tambahan dan opsional. Saat sujud, saya sambil tasmi' Quran. Sesekali sambil baca, ikutin qori melafalkan murattal. Bisa unduh murattal di youtube ya, Bun. Pilih Qori favorit. Kalau saya, Muzammil Hasbalah atau Muhammad Taha Al Junaid kecil atau versi dewasa. Saya pastika ponsel dengan mode pesawat. Atau muter murattal di laptop.

Tasmi' Quran ini memang rutin saya lakukan sejak awal kehamilan.

Alhamdulillah, saat periksa sebulan kemudian. Kepala sudah di bawah. Baik pemeriksaan manual oleh bidan, maupun dengan USG.

Sebenarnya sudah berhenti sujud hari-hari terakhir sebelum periksa. Saya cek bagian bawah perut agak keras. Ya, itu kepala bayi. Namun, tetap memastikan dengan periksa bidan dan USG.

Sekian, Bunda. Semoga bermanfaat.

Senin, 02 Maret 2020

Cara Sederhana Mengecek Posisi Bayi Sungsang

Sumber Gambar: Canva

Bumil mana yang tidak waswas kalau sudah masuk trimester ketiga, tapi janin masih sungsang. Sungsang adalah keadaan janin yang terbalik di dalam rahim. Posisi kepala bayi di atas, sedangkan kaki atau pantat berada di bawah jalan lahir.

Jika keadaan ini terus berlanjut, sampai masuk sembilan bulan dan sudah waktunya melahirkan, kemungkinan ibu hamil tidak diperbolehkan untuk melahirkan secara spontan atau normal. Sesuai aturan kesehatan, ibu harus bersalin secara cessar.

Namun, tenang Bunda. Masih banyak yang bisa dilakukan dan diusahakan secara maksimal untuk mengubah posisi bayi sungsang tersebut.

Sebelum mengetahui apa saja yang harus kita usahakan untuk mengatasi bayi sungsang. Kita harus tahu dulu apakah bayi kita di perut ini memang sungsang atau tidak. Kita bisa cek, kalau kita pegang di bagian perut bawah keras, itu berarti kepala bayi. Posisi tersebut sudah benar. Sementara jika empuk, itu berarti pantat bayi yang berada di bawah jalan lahir, itulah yang disebut sungsang.

Untuk lebih jelasnya, minta bantuan petugas kesehatan ya, Bunda. Agar akurat 100%. Boleh ke bidan atau ke dokter spesialis kandungan. Ibu bidan biasanya mengeceknya dengan memegang-megang perut kita secara lebih dalam. Kalau dokter spesialis biasanya langsung mengeceknya dengan USG. Dengan cara ini tentu saja sangat praktis.

Bersambung ke cara mengatasi sungsang ya, Bunda. Di tulisan selanjutnya, insya Allah.

Jumat, 28 Februari 2020

Museum Pos: Menyelami Masa Lalu Jilid 2

Dokumentasi Pribadi

Museum Pos adalah destinasi kedua kami setelah menikmati koleksi Museum Geologi. Rasanya tidak afdal kalau ke daerah ini, tapi tak berkunjung ke Museum Pos.

Awalnya, terkendala oleh reservasi yang tidak biasa. Biasanya cukup menelepon pihak museum, bahkan beberapa kali kami langsung reservasi di tempat di Hari H. Kali ini saat menelepon, saya disuruh reservasi via email. Saya pun ikuti aturannya. Hanya menyetor nama sekolah, waktu kunjungan, dan jumlah calon pengunjung.

Ternyata gagal kirim, alamat yang diberikan tidak valid. Mungkin saya yang salah mencatat. Diskusi dengan pembimbing yang lain, diputuskan untuk langsung reservasi di tempat saja saat hari H.

Saat di museum Geologi, salah satu rekan pembimbing berinisiatif untuk menelepon kembali pihak museum Pos. Akhirnya, dapat cara yang lebih simpel. Kami pun reservasi via whatsapp. Namun, harus ada surat pengantar dari sekolah. Sayangnya, kami tidak menyiapkan itu sebelumnya. Biasanya memang kunjungan ke museum mana pun tanpa surat pengantar atau surat kunjungan dari sekolah.

Zaman teknologi serba canggih, kami pun tak kalah ide. Kami menghubungi pihak sekolah via whatsapp untuk dibuatkan surat yang dimaksud. Tak lama scan atau foto surat sampai pada kami. Diteruskan ke nomor whatsapp petugas  Museum Pos. Lancarlah urusan reservasi.

Rencana waktu kunjungan pun digeser dari pukul 11 jadi pukul 10 pagi WIB. Cukup menghemat waktu. Sekalian setelah dari museum Pos, kami akan sejenak istirahat makan siang. Lebih tepatnya sarapan yang kesiangan. Ini jangan ditiru ya! Santri sudah diwanti-wanti sarapan terlebih dahulu, tapi ya begitulah. Mungkin terburu-buru harus berangkat pukul tujuh pagi, alhasil gagal sarapan. Namun, mereka sempat mengganjal perut di angkot masing-masing.

Dari museum Geologi, kita tinggal menyebrang jalan. Melewati Taman Lansia, sampailah di PT POS Indonesia. Ada bangunan khusus untuk mengabadikan kegiatan dan seluruh aktivitas PT POS di masa lalu, itulah Museum Pos.

Di sana, ada diorama kegiatan Pos, koleksi perangko-perangko dari dalam dan luar negeri, serta alat-alat yang dulu digunakan PT Pos Indonesia dalam melayani masyarakat dalam kirim mengirim surat, paket, atau uang.

Bagi anak milenial, tentu saja ini hal yang baru mereka ketahui. Petugas museum Pos dengan sabar memandu kami. Menjelaskan sejarah per-pos-an di Indonesia dan koleksi Museum Pos. Di akhir penjelasan dari petugas, ada doorprize menunggu santri. Ada dua santri yang beruntung mendapatkan cenderamata dari museum Pos. Satu santri perempuan dan satu santri laki-laki. Eh, di akhir kunjungan, pembimbing juga dikasih satu-satu. Ini benar-benar bonus gegara krucil merengek minta dan beli tidak bisa. Ups!

Setiap tahun memang berbeda, pernah kami diberi notes masing-masing 1 per santri. Pernah juga hanya diberi beberapa tas Pos dan album gambar koleksi museum Pos. Kali ini cenderamata berupa tempat pensil yang bertuliskan Museum Pos Indonesia. Lumayanlah...

Oh iya, berkunjung ke museum Pos ini gratis ya. Kalau tahun sebelumnya, kita hanya memberikan donasi sukarela untuk perawatan museum, kali ini ada yg istimewa. Masuk Museum gratis sama sekali tidak ada tiket atau donasi, tapi kami bisa membuat perangko prisma di sini. Dengan foto kami. Makanya di akhir penjelasan dan pemberian doorprize, santri difoto bergantian per kelompok untuk gambar di perangko tersebut. Boleh sih satu per satu, tapi kebayang dengan jumlah yang banyak, kapan selesai?!

Apakah langsung jadi? Tentu tidak. Nanti hasilnya dikirim ke alamat sekolah. Sudah tidak sabar melihat gambar kita di perangko🤭

Itu cerita kami, semoga menginspirasi bagi yang berminat berkunjung ke museum Pos. Terima kasih😘💕

Kamis, 27 Februari 2020

Menyelami Masa Lalu di Museum Geologi

Dokumentasi Kelas

Museum Geologi merupakan tujuan utama Studytour Mu'allimin Persis 45 Rahayu. Di sana banyak materi-materi yang berhubungan dengan pelajaran Geografi, dan Bahasa Indonesia. Terutama yang berkenaan dengan Teks Eksplanasi. Seputar fenomona-fenomena alam yang terjadi di Indonesia. Seperti, banjir, longsor, gempa bumi, dll. Meliputi pengertian, penyebab, dan akibat dari bencana alam tersebut.

Awalnya, memang khusus untuk praktik menulis teks Eksplanasi. Namun seiring berjalannya waktu, santri dibebaskan bereksplorasi mengenai tugasnya. Kebetulan, teks Eksplanasi sudah lewat disampaikan di semester ganjil. Jadi, santri bebas membuat teks apa saja yang sudah dipelajari dari kelas X atau XI. Di antaranya, teks laporan hasil observasi, teks negosiasi, teks anekdot, teks puisi, teks cerpen, teks Hikayat, tau teks genre apa saja yang penting berhubungan pula dengan materi Geografi.

Banyak bonus yang bisa didapatkan dalam kunjungan ke museum Geologi ini. Kita bisa menyelami masa lalu. Maksudnya, kita bisa mempelajari dan mengambil hikmah dari kehidupan dunia, khususnya Indonesia di masa lalu. Salah satunya dengan melihat fosil-fosil hewan, tumbuhan, bahkan manusia di jaman dahulu, alias manusia purba. Walau teori ini masih dipertentangkan.

Museum terus mengalami pemugaran. Fasilitas dan koleksi terus diperbarui. Khususnya di ruangan paling pojok museum, bagian fosil.lebih banyak animasi dari layar-layar besar. Jadi, selain melihat bukti fosilnya, ada juga animasi saat fosil tersebut masih hidup di bumi. Fasilitas di ruangan itu pun dibuat lebih nyaman dengan adanya sofa-sofa--tempat duduk untuk para pengunjung. Pas sekali buat saya yang sedang hamil trimester ketiga. Ups! Hehe..

Walau terdapat banyak perbaruan, tiket masih tetap terjangkau. Cocok sekali dengan kantong para pelajar dan mahasiswa. Tiket dari tahun ke tahun tidak mengalami kenaikan. Harga tiket per orang masih dua ribu rupiah. Murah kan? Zaman saya SMA saja Seribu lima ratus rupiah, bayangkan dari sekitar tahun 2006 sampai hari ini tahun 2020 (14 tahun) hanya naik lima ratus rupiah saja. Semoga harga tiket murah ini terus dipertahankan. Demi anak bangsa yang cerdas dan menghargai pengetahun dan masa lalu.

Sayang, kemarin auditorium masih belum bisa dipakai karena sedang mengayunkan kerusakan. Biasanya, setelah berkeliling museum, kita akan diajak menonton bareng (nobar) film dokumenter bergenre scifi (science-fiction). Semoga cepat pulih kembali.

Tempat ini sangat rekomended. Bukan orang Jawa Barat kalau belum pernah ke sini. Pengunjung di luar Jawa Barat saja banyak yang mengunjungi museum ini. Jadi jangan kalah ya!

Oh, iya.. Jangan lupa reservasi sebelumnya ya! Via telepon. Nomornya tinggal googling ada kok. Pastikan waktu kunjungan dan jumlah siswanya. Tanpa reservasi kita tidak akan bisa masuk loh. Kecuali kalau bukan rombongan, kalau pribadi, langsung saja datang ke tempat. Yang bisa dibilang rombongan mulai dari 20 orang ya. Kalau kurang bisa nyelip aja.

Soalnya memang pernah, tidak reservasi karena waktu kunjungan sudah penuh. Coba-coba langsung datang, eh ditolak. Kan, sayang sudah jauh-jauh, tapi tidak diterima. Ada yang dari luar kota pun sama, tidak pandang bulu.

Cukup sekian, nanti disambung dengan museum lain. Semoga berkenan menanti, tulisan receh saya.






Rabu, 26 Februari 2020

Menjejak Tiga Museum di Kota Bandung

Dokumentasi Sekolah

Pada hari Rabu, 26 Februari 2020 kegiatan belajar mengajar di Mu'allimin PPI 45 Rahayu tak seperti biasanya, terutama untuk kelas XI. Baik Kelas XIa maupun XIb. Kalau belajar biasanya hanya terpaku di dalam kelas, kali ini santri akan menikmati kota Bandung. Mengunjungi tiga museum terkenal di Kota Kembang tersebut.

Ketiga museum itu terdapat di jantung ibu kota provinsi Jawa Barat. Antara lain, museum Geologi, museum Pos, dan museum Gedung Sate. Puncaknya santri diajak untuk menaiki menara gedung sate.

Santri-santri sangat antusias, bahkan di hari sebelumnya. Sudah membuat kepanitiaan sederhana, seperti ketua, sekretaris, bendahara, sie konsumsi, dan sie dokumentasi. Dengan tiga pembimbing, saya dan dua rekan asatidz di Mu'allimin.

Kegiatan ini  bisa di bilang sudah rutin kami laksanakan. Dari tahun ke tahun, paling tidak sejak empat tahun ke belakang. Bukan sekadar main-main, tapi ada pembelajaran di dalamnya. Terutama untuk pelajaran Bahasa Indonesia dan Geografi.

Banyak sekali manfaat untuk saat belajar di luar kelas ini. Di antaranya,
1. Santri bisa lebih kreatif dalam mengolah tugasnya
2. Sebagai penyegaran setelah sekian lama hanya belajar di dalam ruangan
3. Santri dapat mengenal jalanan kota Bandung dan aset bersejarah provinsi Jawa Barat
4. Dapat mengasah rasa tanggung Jawa santri, baik terhadap dirinya sendiri maupun pada warga sekelasnya (untuk panitia)
5. Dapat mempererat pertemaman dan kekompakan antar santri

Dan masih banyak lagi manfaatnya yang lain.

Alhamdulillah, kegiatan ini berjalan dengan lancar dengan jumlah 71 peserta didik dan 3 pembimbing. Ditambah 4 krucil serta dua utun hebat dalam perut. Hihi.. Dengan menaiki angkutan umum (angkot) Cipatik--Tegalega yang sudah biasa berlangganan berjumlah tujuh armada.

Terima kasih, semoga bermanfaat.

Sedekah Tak Perlu Menunggu Kaya

By Canva
Seorang kakek tergopoh-gopoh masuk masjid. Sore itu hujan cukup lebat. Namun, tak menyurutkan sang kakek untuk berjamaah di masjid. Padahal jarak  rumah ke masjid cukup jauh. Kakek tersebut akrab kami panggil Pak Aman.

"Allahu akbar... Allahu akbar!" Azan pun berkumandang. Suara khas Pak Aman memenuhi kampung.

"Mah, ini dikasih Pak Aman," lapor Aqilla sambil menunjukkan selembar uang dua ribu.

Seusai berjamaah Pak Aman memang rutin menyempatkan memberi uang jajan ke anak-anak. Siapa saja yang yang dilewatinya. Entah, berapa anak. Yang jelas semua anak sekampung mengenal Pak Aman yang suka memberi.

Dalam hal sedekah, Pak Aman selalu terdepan. Setiap Jum'atan atau setiap kegiatan pengajian di masjid beliau selalu bersedekah. Paling besar nominalnya dibanding jamaah lain. Saat jamaah lain hanya seribu dua ribu rupiah, beliau bersedekah lima ribu rupiah. Jamaah lain pun iri (dalam arti positif) dan mengikuti jejak beliau. Saat jamaah lain mengisi kencleng lima ribu rupiah, Pak Aman justru menambahnya jadi sepuluh ribu rupiah. Maa syaa Allah, tabarakallah.

Apa Pak Aman seorang yang kaya? Jawabannya, tidak sama sekali. Namun, beliau pantang meminta. Sebaliknya, lebih sering tangannya di atas daripada di bawah.

Sehari-hari Pak Aman berjualan jajanan anak-anak di sekolah-sekolah. Seperti, permen, mi goreng, keju, dll. mengayuh sepeda kumbangnya. Seringkali anak-anak diberi cuma-cuma. Terkadang ditambah, lebih dari yang dibelinya atau beli seribu diberi jajanan seharga dua ribu. Secara matematika manusia, pasti rugi. Namun, tidak bagi matematika Allah.

Beberapa hari ini Pak Aman tidak terlihat ke masjid atau berjualan seperti biasanya. Jika bertemu atau berpapasan di jalan selalu menyapa dan mengucap salam, "Assalamu'alaikum!" sambil merngkuhkan badannya.

Beberapa jamaah pun menengok Pak Aman karena ternyata beliau sakit. Selang kurang lebih seminggu kemudian, tersiar pengumuman bahwa Pak Aman te lah Allah panggil. Allah lebih sayang kepada beliau.

Kami benar-benar iri, belum bisa sesaleh beliau. Semua kehilangan sosok beliau. Anak-anak kampung, jamaah masjid, tetangga, dan tentu saja keluarga beliau. Seorang penduduk bumi yang biasa saja, tapi sangat dikenal di langit. Teladan bagi penduduk bumi.

Semoga Allah tempatkan beliau di tempat paling mulia. Aamiin..



Senin, 24 Februari 2020

Budaya Pasar Mingguan


picture by canva

Pasar adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli. Lalu terjadilah transaksi atau akad jual beli. Begitulah teori yang sudah klasik dipelajari di pelajaran IPS waktu SD. Mungkin tepatnya pelajaran Ekonomi.
Setiap Senin, Aqilla dan kakaknya selalu nagih mau ke pasar. Ya, Pasar Senen. Bukan Pasar Senen di Jakarta, tapi Pasar Senen di daerah Jereged, Jatisari, Kutawaringin Kabupaten Bandung. Tempat nenek dan abahnya tinggal.

Dinamakan Pasar Senen karena memang hanya ada di hari Senin saja. Para penjual ada yang memang penduduk sekitar atau memang sengaja dari luar untuk berjualan saja. Biasanya para pedagang ini sudah punya kelompoknya masing-masing. Mereka akan berjualan di tempat lain di hari lain. Misal, Kamis jadilah Pasar Kemis, atau hati Rabu, jadi Pasar Rebo, dll.

Di sana menjajakan segala macam keperluan. Mulai dari kebutuhan dapur, seperti sayuran, bumbu masak, daging dan lauk pauk lainnya. Perabotan  rumah tangga, aneka jajanan untuk anak dan dewasa. Sampai mainan odong-odong atau kekeretaan untuk si kecil juga ada. Lengkap.

Sebenarnya, budaya pasar mingguan ini sudah ada sejak dulu. Ya, untuk membantu masyarakat di kampung untuk memenuhi kebutuhannya selama seminggu ke depan. Maka para penduduk akan menjual hasil perkebunan atau kerajinan tangan ibu-ibunya yang kreatif. Selanjutnya, uang tersebut akan dibelikan kebutuhan mereka. Bisa jadi mereka menukar atau saling menukar hasil bumi mereka, tentu saja dengan nilai yang setimpal. Kalau dulu, memang masih berlaku sistem barter.

Pasar mingguan ini sangat membantu masyarakat. Terutama yang jauh dari pasar tradisional yang tiap hari beroperasi. Pembeli diuntungkan Karena tak perlu jauh-jauh pergi ke pasar tradisional. Cukup menunggu hari tertentu yang akan mengubah jalanan  kampung menjadi pasar dadakan. Hanya harus pintar-pintar untuk mengatur apa saja yang dibutuhkan yang nantinya akan dibeli dan disimpan untuk seminggu ke depan.

Kalau Aqilla sih, tiap minggunya mengincar mainan (tapi mulai bisa distop, sayang sekali sudah menumpuk dan tak lama akan jadi sampah), mending naik odong-odong saja atau kereta-keretaan, atau jajanan yang banyak. Biasanya segala dibeli, seperti cilor, cimol, sosis, jasuke, dan jajanan lainnya. Gak papalah, asal semua dimakan. Hihi....

Minggu, 16 Februari 2020

Belajar Editing Praktis di Miya'z Script Agency


Gambar 1: didesain oleh Canva

Sore itu seperti biasa, tak ada kerjaan, saya iseng tengok-tengok status whatsapp (SW) teman sekontak. Ada satu iklan di status yang menarik hati. Saya baca dengan saksama "Kulwap: Pelatihan Editing Naskah Buku".

Rasa penasaran, membuat jari-jari ini mengetikkan kalimat. Lalu meluncurkan pesan balasan pada si pemilik status. Kebetulan dia masih saudara dekat. Darinya mendapat informasi singkat tentang Kulwap tersebut. Selanjutnya, ia memberikan kontak pemilik agensi.
Tak lama, saya pun langsung mengirim pesan pada nomor kontak tersebut. Ternyata, She is avery welcome. Padahal, saat itu saya bawel sekali. Tanya ini dan itu. Aku hanya ingin memastikan bahwa ini agensi yang tepat dan sesuai dengan apa yang aku butuhkan.

Sebelumnya, saya pernah ikutan pelatihan sejenis ini di sebuah penerbit. Namun, saya agak kecewa karena tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Tidak ada evaluasi dan tindak lanjut dari tugas yang diberikan. Ini alasan saya untuk meyakinkan bahwa agensi ini berbeda.

Keputusan pun bulat untuk mengikuti pelatihan dari Miya'z Script Agency. Secara resmi saya mendaftar dan mengisi form yang sudah disediakan. Seputar biodata singkat, seperti nama, domisili, nomor Hp, dll. Sebagai bukti keseriusan saya dalam mengikuti kuliah online ini, saya segera mentransfer uang donasi sebesar seratus ribu rupiah. Secara tidak langsung uang ini akan kembali karena kita akan mendapatkan buku terbitan Eleksmedia dan sertifikat pelatihan.

Belajar Apa Saja Sih di Kulwap?

Gambar 2: Flyer Kulwap


Kulwap ini berlangsung selama 3 hari, yaitu pada tanggal 15, 17, dan 19 Januari 2020. Kita mendapatkan penjelasan, apa dan bagaimana editing buku; skill apa saja yang harus dimiliki editor buku; dan tentang materi-materi dasar penyuntingan. Pokoknya paket lengkap. Bonusnya juga kita diarahkan langsung untuk mendapatkan job. Khususnya, untuk peserta terbaik ya!

Kulwap dipandu oleh Teh Rina dari Miya'z, salah seorang editor lepas dari agensi tersebut. Pematerinya tak kalah keren, Kang Reza Sukma Nugraha, S.S., M. Hum. Seorang editor profesional yang sedang menyelesaikan pendidikan doktoralnya.
Pertemuan pertama, perkenalan antara moderator, para peserta dan pemateri. Di awal pertemuan ini juga dibagikan materi pertama. Lalu pemandu memberikan materi yang sudah dibuatkan pemateri. Peserta diberikan waktu untuk membaca dan membuat pertanyaan untuk materi yang belum dipahami.

Pertemuan kedua, setelah presensi, pemateri menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta yang sudah dikumpulkan ke moderator sebelumnya. Habis pertanyaan, kami mengikuti kuis yang disiapkan pemateri. Kuisnya menebak kata baku. seru sekali. Kami berlomba-lomba dengan cepat menjawab kuis tersebut. Di akhir, diberikanlah kunci jawaban kuis. Kita sering terkecoh dengan kata baku dan tidak baku. Kebanyakan yang dipakai sehari-hari justru kata tidak baku sehingga kita menganggap kata itu memang sudah benar. Sebaliknya, justru kita asing dengan kata baku yang seharusnya digunakan.

Di pertemuan pamungkas, seperti biasa presensi lalu pemateri menjawab pertanyaan peserta tentang materi di pertemuan sebelumnya. Lalu latihan sebagai ujian pada materi-materi yang sudah diberikan. Latihan ini sangat memompa adrenalin peserta. Terbagi tiga sesi. Kalau bisa saya klasifikasi kan, pertama soal mudah, sedang, dan sukar. Masing-masing tahapan diberikan waktu masing-masing hanya 5 menit, kecuali untuk tahap ketiga lebih lama (7 menit). Latihan ini masuk salah satu penilaian untuk peserta terbaik.

Di pertemuan ini juga, peserta diberikan kesempatan untuk bertanya langsung pada pemateri saat kulwap berlangsung. Ini membuat belajar lebih interaktif. Terakhir, penugasan terstruktur. Latihan  tadi tak seberapa dibanding tugas akhir pelatihan ini. Peserta diberikan dua naskah, fiksi dan non fiksi untuk disunting.

Investasi Tak Seberapa, tapi Bonus Berlimpah
Di akhir kegiatan, para peserta diberikan hasil penyuntingan yang baik sebagai koreksi dari pekerjaannya masing-masing. Serta mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari penyelenggara. Dari 25 peserta diambil 5 peserta terbaik dan 2 teraktif. Alhamdulillah, saya termasuk yang beruntung. Tambahan bonusnya buku dan pelatihan lanjutan. Bimbingan eksklusif dari owner Miya'z Script Agency, Ibu Mia Siti Aminah.

Investasi seratus ribu yang kita berikan dari awal, benar-benar kembali ke kita sebagai peserta. Belum lagi ilmunya yang  mundel, dijamin tak akan didapat di mana pun. Bahkan, di bangku perkuliahan. Masa sih? Saya "mantan" mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia. Di perkuliahan memang mendapatkan materi Dasar-Dasar Penyuntingan, tapi tidak pernah belajar sedetail dan sepraktis seperti di Kulwap ini. Belum lagi ilmu penyuntingan berkembang pesat, tidak semua yang dipelajari dulu masih sesuai dengan di lapangan hari ini.

Gambar 3: Sertifikat Pelatihan

Sayangnya, kita hanya dapat e-sertifikat. Hehe.. Namun, tak masalah, kita bisa mencetaknya dengan kualitas bagus karena selain dibagikan di grup whatsapp, sertifikat dikirim langsung via email.

Belajar Penyuntingan, di Miya'z Aja
Bagi teman-teman yang ingin belajar lebih jauh tentang penyuntingan atau tertarik di bidang ini dan mau belajar dari nol, kulwap dari Miya'z Script Agency ini cocok sekali. Apalagi bagi emak-emak seperti saya, yang susah ikutan pelatihan-pelatihan offline. Di sini kita tinggal duduk manis di rumah, bisa disambi dengan pekerjaan rumah atau sambil ngasuh si kecil. Kita di sini "sersan" alias serius, tapi santai.

Teman-teman yang penasaran boleh kepoin akun instagramnya Miya'z Script Agency, @miasitiaminah atau di Facebook Mia Siti Aminah. Barangkali dibuka kembali pelatihan semacam ini. Jangan sampai ketinggalan informasinya dan kesempatan emas terlewat. Kan, nyesel jadinya.
Terima kasih, semoga bermanfaat.