Sabtu, 03 November 2018

[BLOG TOUR SONG FOR ALICE | Bincang Penulis] Song for Alice by Windry Ramadhina


Pagi semua, kangen nih nulis blog lagi. Terima kasih Twigora telah memberikan kesempatan lagi ngehost di rangkaian Blog Tour Song for Alice. Sebuah karya penulis best seller nih, Kak Windry Ramadhina.

Hari ini jadwal saya bincang-bincang sama Kak Windry. Seneng banget deh bisa wawancara langsung penulisnya (via email).

Langsung aja yuk, kepoin jawaban kakak cantik ini.

Dear Ilmi,

Sebelumnya terima kasih karena sudah mau ikut serta dalam Song for Alice Blog Tour. Aku senang sekali.
Berikut jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kamu, ya.


1. Hai Kak Windry! Saya suka dengan nama-nama unik dalam Song for Alice. Kalau boleh tahu, apa tips membuat nama-nama tokoh yang memikat pembaca, Kak?

Nama tokoh adalah salah satu elemen novel yang saya perhatikan secara khusus. Saya tidak ingin asal memberi nama. Biasanya nama tokoh di novel saya memiliki arti atau berhubungan kuat dengan tema/latar belakang cerita. Ada kalanya, nama itu mencerminkan sifat tokoh (tidak hanya karena artinya, tetapi juga unsur huruf di dalamnya karena beberapa huruf memberi kesan keras, lembut, kaku, luwes, maskulin, feminin). Ada kalanya, nama itu diambil dari dunia musik rock seperti di Song for Alice (pernah juga diambil dari nama-nama kayu untuk novel yang bertema arsitektur atau nama-nama rempah untuk novel bertema kuliner).

Selain itu, saya memilih nama yang nyaman diucapkan, yang mudah tersimpan dalam kenangan pembaca. Saya cenderung menghindari nama yang terlalu panjang atau rumit pengucapannya maupun penulisannya--kecuali itu disengaja untuk mendukung cerita. Untuk peran-peran pendukung, seringkali saya menggunakan nama-nama yang sangat pendek seperti Len, Mar, Rik, dan O di Song for Alice. Saya tidak ingin nama mereka lebih menarik perhatian ketimbang Alice dan Arsen.



2. Novel ini ada salah satu novel proyek novel bertema rock. Kalau menurut Kakak pribadi. Apa kelebihan/ciri khas novel ini dibanding yang lain?

Rock bukan satu-satunya elemen di Song for Alice. Ada musik klasik juga dan keseharian di sekolah musik. Perpaduan itu semua menjadikan Song for Alice berbeda. Interaksi antara Arsen yang menyukai rock dan Alice yang lebih memilih musik klasik adalah salah satu yang menyenangkan untuk ditulis karena ada dua cara pandang yang bertolak belakang di dalamnya. Begitu pula kebersamaan mereka di sekolah musik. Ini sesuatu yang jarang diangkat dalam novel.

3. Kak Windry suka banget sama musik rock. Penyanyi/band favorit Kakak siapa?

Sebenarnya saya bukan penggila musik rock. Tetapi, ya, saya sanggup mendengarkan rock. Ada masanya saya menyukai grup asal Jepang yang bernama L'Arc~en~Ciel. Selain mereka, saya tidak mendengarkan banyak rock. Mungkin hanya sebatas The Beatles, Hyde, dan Adam Levine.

4. Adakah hobi Kak Windry di luar dunia menulis? Kenapa?

Menggambar dan menonton. Jauh sebelum menulis, saya mengekspresikan ide lewat gambar, terutama gambar potret. Saya menggambar dengan media pensil, tinta, cat air, juga digital. Terkadang, saya akan menggambar tokoh-tokoh novel yang saya tulis. Di beberapa novel saya, ada sejumlah ilustrasi yang saya buat sendiri (di Glaze, misalnya, ada dua puluh ilustrasi yang mewakili adegan-adegan tertentu dalam cerita).

Bagi saya, menonton adalah salah satu cara untuk belajar dan mencari inspirasi (selain tentunya menghibur). Saya banyak menonton dokumenter, terutama yang berhubungan dengan gaya hidup. Perjalanan, kota, makanan, desain. Semua itu memperkaya saya dan bermanfaat dalam proses penulisan novel. Pada dasarnya, saya adalah orang yang lebih mudah menerima secara visual. Karena itu, saya bisa menyerap lebih mudah dan lebih efektif lewat apa yang saya lihat.

5. Apakah ada keaulitan yang berarti dalam proses pembuatan Song for Alice ini? (Dari ide cerita sampai novel terbit)

Sebenarnya, tidak ada kesulitan yang berarti. Saya tidak asing dengan musik, tetapi bukan musisi. Saya tidak pernah mempelajari musik dan tidak bisa menggunakan alat musik. Saat menulis Song for Alice, saya perlu memahami dunia musik (termasuk sekolah musik). Seperti biasa, saya melakukan riset untuk mencari informasi yang saya butuhkan. Dengan informasi yang cukup, saya bisa menulis dengan baik.

Demikian, Ilmi. Semoga blog tour nanti berjalan dengan lancar. Selamat bersenang-senang!


Salam,
Windry Ramadhina


Terima kasih Kak Windry yang cantik.

Bagaimana, sudah puaskah dengan pertanyaan dan jawaban di atas? Kalau belum kamu boleh ikutin blog teman-teman lain. 

Jangan lupa besok saya poskan ulasan dan photo challenge. Jadi stand by ya teman-teman. 

Oh iya ini biodata singkat Kak Windry,


Tentang Penulis:
WINDRY RAMADHINA lahir dan tinggal di Jakarta; percaya atau tidak, mampu mendengarkan berbagai bentuk rock, yang paling keras sekalipun. Dia menulis fiksi sejak 2007. Buku-bukunya banyak bercerita tentang cinta, kehidupan, impian, dan harapan. Song for Alice adalah bukunya yang kesebelas.

Windry suka membaca surat dan menjawab pertanyaan. Dia bisa dihubungi lewat e-mail windry.ramadhina@gmail.com, Instagram @beingfaye, atau blog www.windryramadhina.com

See you tomorrow, semoga harimu menyenangkan. 






2 komentar:

  1. Sejak membaca buku perdana Mbak Windry aku sudah dibuat jatuh hati dengan nama tokoh-tokohnya, jadi ngg heran kalau sekarang nama-nama di novelnya selalu Out Of Box- dalam artian ngg terpikiran oleh kita yang awam ini. Aku menyukai karyanya pertama kali ketika membaca Orange terbitan Gagas Media. It's very good menurutku. Makanya sekarang aku ngg lelah buat berburu novel-novel kerennya. Termasuk ini hehe ;)

    BalasHapus
  2. Iyaa kak bener, aku juga suka sama nama" tokoh di Song For Alice ini, selain unik, nama" tokoh yang kayak gini kan yang bikin pembaca gak gampang bisa lupa sama ceritanya hhe

    BalasHapus