By Canva
Fatiya memang penakut, khususnya jika mendengarkan cerita. Ternyata, saya tahu belakangan bahwa ia punya imajinasi yang tinggi, menjangkau masa depan yang lebih jauh dari yang lain. Hal tersebut berdasarkan tes sidik jari yang dilakukan saat usianya 7 tahun. Kami pun paham kenapa dia seakan takut saat tengah mendengar cerita. Fatiya jauh membayangkan cerita tersebut lebih dari anak lain.
Mungkin ini terlambat, tapi peribahahasa mengingatkan, "Better late than never". Saya belikan buku untuk Fatiya. Buku pertamanya, berjudul Princes Lathifa dan Sepeda Roda Tiga. Buku anak yang ditulis oleh teman saya saat kuliah. Saya langsung order dari penulisnya biar dapat bonus tanda tangan dan kata penyemangat. Sebenarnya bukunya buku balita, berbentuk boardbook. Namun, menurut saya masih cocok untuk anak SD. Dan saya pilih boardbook agar awet, tidak mudah sobek. Benar saja, sekarang diwariskan ke adiknya, Aqilla.
Dari buku pertama, berlanjut ke buku-buku berikutnya. Mulai dari buku yang dipajang di pasar-pasar minggu sampai toko buku, dan pameran buku. Setiap ada uang lebih saya sisihkan untuk membeli buku, beberapa untuk saya sendiri dan beberapa lagi untuk anak-anak. Masing-masing punya jatah.
Fatiya pun mulai kecanduan buku. Kalau tidak dijatah, dia bisa ambil buku saya untuk dibaca. Sempat kecolongan, dia baca novel Aroma Karsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar