Minggu, 17 Mei 2020

Luluh Lantak

Di sisi lain meronta. Kufur terhadap kebenaran yang jelas Allah kabarkan. Betapa teganya Allah padaku. Padahal aku sudah berusaha dan mengerahkan semua kemampuanku untuk agar mimpi itu terwujud nyata. Down. Serasa dunia ini akan berakhir. Hancur sehancur-hancurnya.

Itulah yang aku rasakan beberapa saat setelah dinyatakan tidak lulus tes masuk perguruan tinggi negeri.

"Assalamu'alaikum!" ucapku datar sambil membuka pintu rumah.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh," balas ibu yang kebetulan sedang berada di ruang tengah.

Samar-samar kudengar doa itu, karena aku bergegas menuju kamar. Kututup pintu dengan kasar. Bleug! Aku mendarat di kasur yang empuk dengan telungkup. Kumatikan telepon genggamku. Kuharap tak ada seorang pun yang mengganggu ratapan hatiku.

Tok! Tok! Tok! suara pintu kamarku diketuk kasar. Tak lama suara lantang merambat menembus kayu jati itu.
"Teteh! Kata ibu makan dulu!"

Itu suara adik bungsuku. Tak mau membuat ibu khawatir, aku teriak dari dalam, "Iya!"

Selama kurang lebih seminggu, aku bersemedi di kamar tidur. Sesekali turun hanya untuk makan sekadar mengisi perut agar tetap sehat dan waras. salat lima waktu? Tentu saja tak pernah kulewatkan. Ya, itu adalah kewajiban yang tak bisa kutinggalkan.

Satu-dua hari, pikiranku masih kosong. Kucoba hidupkan telepon genggamku. Tak lama ada panggilan masuk. Ada panggilan dari Ningrum--teman sekelasku. Aku pun mengangkatnya. Hal yang nantinya kusesali.

"Hallo, Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikum salam," jawabnya dari sebrang sana.

Dia menanyakan hasil tesku. Entah memang tidak tahu aku tidak lulus atau hanya kura-kura dalam perahu. Lalu mengabarkan bahwa ia lulus masuk Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Oke, fiks! doi hanya Pamer. Ya Allah, kenapa aku terburu-buru menyimpulkan dan terlalu dini berprasangka buruk padanya.

"Oh, ya! Selamat ya! Barakallahu fiik! Turut bersenang hati." ucapku menutup perbincangan.

Tanpa mendengarkan tanggapannya, kusambung dengan salam dan menutup teleponnya. Bukan hanya menekan tombol bergambar telepon warna merah, tapi aku pun mematikan dan membanting telepon ke kasur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar