Dug! Dug! Dug! Suara ketukan pintu sangat kentara di tengah malam.
"Dul! Buka, Dul! Papah bilang buka!
Tak ada respon sedikit pun dari dalam ruangan yang diketuk.
"Ada apa, Pak?" tanyaku penasaran.
"Ini, Abdul." Seorang bapak berdasi dan jas membalas cemas.
"Iya, kenapa Abdul, Pak?" uangku bertanya.
"Abdul mengunci diri di dalam," jelas bapak itu. "Ponselnya pun tak bisa dihubungi."
Tok! Tok! Tok! Kuketuk pintu itu.
"Dul, buka!" teriakku.
"Memang Abdul kenapa? Sampai mengurung diri begitu?" Kutanya lagi.
"Entahlah, padahal bapak mau kasih tahu kabar gembira."
Tok! Tok! Tok! Pintu kuketuk kembali.
"Dul!" panggilku agak jengkel.
Krek! Krek! Suara kunci diputar. Lalu terbukalah pintu itu.
Alhamdulillah, akhirnya Abdul pintu dibuka. Namun, tampaknya Abdul langsung kembali ke posisinya. Berlutut di ujung ruangan dengan memnenamkan wajahnya. Ponselnya berserakan di bawah. Tutup dan baterainya terpisah-pisah.
Bapak itu pun masuk lalu memeluk Abdul.
"Bapak bangga sama kamu, Nak. Kamu lulus! Lulus ITB!" ujarnya menepak-nepak bahu Abdul.
Aku malah baru tahu. Kalau pengumuman sudah rebut. Aku pun lari meninggalkan mereka berdua. Aku cek nomor peserta punyaku di salah satu komputer sekolah.
"Data yang Anda cari, tidak ditemukan"
Berkali-kali kucoba yang muncul hanya kalimat mengecewakan itu. Lututku melemas. Brukkk! Aku pun terjatuh di lantai.
"Al!" teriak teman-teman di sekelilingku kompak.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar