Senin, 24 Februari 2020

Budaya Pasar Mingguan


picture by canva

Pasar adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli. Lalu terjadilah transaksi atau akad jual beli. Begitulah teori yang sudah klasik dipelajari di pelajaran IPS waktu SD. Mungkin tepatnya pelajaran Ekonomi.
Setiap Senin, Aqilla dan kakaknya selalu nagih mau ke pasar. Ya, Pasar Senen. Bukan Pasar Senen di Jakarta, tapi Pasar Senen di daerah Jereged, Jatisari, Kutawaringin Kabupaten Bandung. Tempat nenek dan abahnya tinggal.

Dinamakan Pasar Senen karena memang hanya ada di hari Senin saja. Para penjual ada yang memang penduduk sekitar atau memang sengaja dari luar untuk berjualan saja. Biasanya para pedagang ini sudah punya kelompoknya masing-masing. Mereka akan berjualan di tempat lain di hari lain. Misal, Kamis jadilah Pasar Kemis, atau hati Rabu, jadi Pasar Rebo, dll.

Di sana menjajakan segala macam keperluan. Mulai dari kebutuhan dapur, seperti sayuran, bumbu masak, daging dan lauk pauk lainnya. Perabotan  rumah tangga, aneka jajanan untuk anak dan dewasa. Sampai mainan odong-odong atau kekeretaan untuk si kecil juga ada. Lengkap.

Sebenarnya, budaya pasar mingguan ini sudah ada sejak dulu. Ya, untuk membantu masyarakat di kampung untuk memenuhi kebutuhannya selama seminggu ke depan. Maka para penduduk akan menjual hasil perkebunan atau kerajinan tangan ibu-ibunya yang kreatif. Selanjutnya, uang tersebut akan dibelikan kebutuhan mereka. Bisa jadi mereka menukar atau saling menukar hasil bumi mereka, tentu saja dengan nilai yang setimpal. Kalau dulu, memang masih berlaku sistem barter.

Pasar mingguan ini sangat membantu masyarakat. Terutama yang jauh dari pasar tradisional yang tiap hari beroperasi. Pembeli diuntungkan Karena tak perlu jauh-jauh pergi ke pasar tradisional. Cukup menunggu hari tertentu yang akan mengubah jalanan  kampung menjadi pasar dadakan. Hanya harus pintar-pintar untuk mengatur apa saja yang dibutuhkan yang nantinya akan dibeli dan disimpan untuk seminggu ke depan.

Kalau Aqilla sih, tiap minggunya mengincar mainan (tapi mulai bisa distop, sayang sekali sudah menumpuk dan tak lama akan jadi sampah), mending naik odong-odong saja atau kereta-keretaan, atau jajanan yang banyak. Biasanya segala dibeli, seperti cilor, cimol, sosis, jasuke, dan jajanan lainnya. Gak papalah, asal semua dimakan. Hihi....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar