Rabu, 26 Februari 2020

Sedekah Tak Perlu Menunggu Kaya

By Canva
Seorang kakek tergopoh-gopoh masuk masjid. Sore itu hujan cukup lebat. Namun, tak menyurutkan sang kakek untuk berjamaah di masjid. Padahal jarak  rumah ke masjid cukup jauh. Kakek tersebut akrab kami panggil Pak Aman.

"Allahu akbar... Allahu akbar!" Azan pun berkumandang. Suara khas Pak Aman memenuhi kampung.

"Mah, ini dikasih Pak Aman," lapor Aqilla sambil menunjukkan selembar uang dua ribu.

Seusai berjamaah Pak Aman memang rutin menyempatkan memberi uang jajan ke anak-anak. Siapa saja yang yang dilewatinya. Entah, berapa anak. Yang jelas semua anak sekampung mengenal Pak Aman yang suka memberi.

Dalam hal sedekah, Pak Aman selalu terdepan. Setiap Jum'atan atau setiap kegiatan pengajian di masjid beliau selalu bersedekah. Paling besar nominalnya dibanding jamaah lain. Saat jamaah lain hanya seribu dua ribu rupiah, beliau bersedekah lima ribu rupiah. Jamaah lain pun iri (dalam arti positif) dan mengikuti jejak beliau. Saat jamaah lain mengisi kencleng lima ribu rupiah, Pak Aman justru menambahnya jadi sepuluh ribu rupiah. Maa syaa Allah, tabarakallah.

Apa Pak Aman seorang yang kaya? Jawabannya, tidak sama sekali. Namun, beliau pantang meminta. Sebaliknya, lebih sering tangannya di atas daripada di bawah.

Sehari-hari Pak Aman berjualan jajanan anak-anak di sekolah-sekolah. Seperti, permen, mi goreng, keju, dll. mengayuh sepeda kumbangnya. Seringkali anak-anak diberi cuma-cuma. Terkadang ditambah, lebih dari yang dibelinya atau beli seribu diberi jajanan seharga dua ribu. Secara matematika manusia, pasti rugi. Namun, tidak bagi matematika Allah.

Beberapa hari ini Pak Aman tidak terlihat ke masjid atau berjualan seperti biasanya. Jika bertemu atau berpapasan di jalan selalu menyapa dan mengucap salam, "Assalamu'alaikum!" sambil merngkuhkan badannya.

Beberapa jamaah pun menengok Pak Aman karena ternyata beliau sakit. Selang kurang lebih seminggu kemudian, tersiar pengumuman bahwa Pak Aman te lah Allah panggil. Allah lebih sayang kepada beliau.

Kami benar-benar iri, belum bisa sesaleh beliau. Semua kehilangan sosok beliau. Anak-anak kampung, jamaah masjid, tetangga, dan tentu saja keluarga beliau. Seorang penduduk bumi yang biasa saja, tapi sangat dikenal di langit. Teladan bagi penduduk bumi.

Semoga Allah tempatkan beliau di tempat paling mulia. Aamiin..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar