Minggu, 05 Januari 2020

Amelia: Si Bungsu 'Penunggu Rumah'



Judul: Si Anak Kuat
Penulis: Tere Liye
Jumlah halaman: 476 hal.
Penerbit: Republika

Novel ini republish dari judul Amelia menjadi Si Anak Kuat. Kisah petualangan Amelia, anak paling kuat di keluarga Syahdan dan Nurmas. Bukan kuat dalam arti fisik, tapi kuat dari dalam. Amelia, anak paling teguh hatinya dalam menerima dan menyampaikan kebaikan. Keteguhan hatinya membuat temannya--Norris---anak nakal, biang masalah berubah menjadi baik. Pun akan mengubah kehidupan yang lebih baik untuk kampungnya di Bukit Barisan.

Kehidupan keluarga Syahdan yang sederhana. Fasilitas pendidikan yang jauh dari layak. Bagaimana tidak, enam kelas hanya dipegang Pak Bin seorang. Guru paruh baya yang jujur dan tulus mendidik anak-anaknya. Belum lagi dilihat bangunannya secara fisik, sangat menyedihkan.

Terdapat orang-orang sekelilingnya, di luar keluarga kecil yang menyayangi Amelia: Wak Yati, Paman Unus, Kak Bujang. Sungguh menyenangkan mengarungi kisahnya.

Nilai-nilai kehidupan yang terpatri dalam novel ini sangat kuat. Bisa disebut paket lengkap: sosial, budaya, moral, agama, pendidikan, estetika, dan semua nilai lain terdapat dalam kehidupan sederhana mereka.

Dalam kisah 476 halaman ini menunjukkan keterbatasan ekonomi keluarga bukan penghalang meraih pendidikan tinggi. Pun tradisi anak bungsu yang nasibnya hanya jadi 'penunggu rumah' yang menjadi mimpi buruk Amel selama ini terbantahkan. Amelia bisa melanjutkan pendidikan bukan hanya ke kota kabupaten atau provinsi, tetapi Amelia sampai ke luar negeri untuk menimba ilmu.

Alur yang sederhana, mengalir mudah dipahami dan membuat pembaca tak mau berhenti melahap habis kisahnya. Meskipun novel ini serial, tapi alurnya utuh bisa dinikmati terpisah. Namun, bukan tere liye yang kalau tidak menggoda untuk membaca semua serialnya lengkap. Banyak yang membuat spoiler di dalamnya. Bahwa kisah ini lengkapnya di novel seri mana.
Pembaca bisa sambil mengenal banyak kosa kata baru di novel ini. Hanya saja pada kata-kata dengan bahasa Belanda yang dituturkan Wak Yati sama sekali tidak ada terjemahannya (tidak ada footnote), sehingga membuat pembaca agak bingung, harus mencari sendiri maknanya. Namun, tentu saja tidak mempengaruhi keseruan kisahnya.

Yang penasaran dengan petualangan Amelia, silakan dibaca sendiri. Dijamin menyesal. Ya, karena tidak membacanya dari dulu☺

Kutipan menarik yang sempat dicatat:

"... Kau hanya perlu sedikit mau menerimanya, maka kau akan paham." 

Si Anak Kuat Hal. 73

"... Ingat dua peraturan mengarang dengan baik. Yang pertama adalah tidak ada peraturannya. Yang kedua adalah jika ada yang bilang ada peraturannya, maka lihat peraturan pertama. Biarkan jemari kalian mengalir bagai mata air deras, menuliskan cerita yang bening tanpa tertahankan." Pak Bin hal. 139

"Tidak akan pernah rugi membeli buku yang baik, Amel. Berapa pun harganya." Bapak (Syahdan) hal. 183

Tidak ada komentar:

Posting Komentar