Selasa, 14 Januari 2020

Mencoba Hal Baru, Why Not?!



Gambar: design by Canva


Awal Januari lalu, masih suasana liburan. Kami disibukkan dengan agenda besar keluarga. Wedding Ceremony kakak sepupu dari suami. Kepanitiaan sudah dibuat sedemikian rupa. Sangat apik. Saya tidak terlalu dilibatkan, mungkin diwakilkan suami yang kebagian mengatur lalu lintas kendaraan bermotor alias juru parkir😅.

Mood saya pun sedang jelek-jeleknya. Paling tidak saya tidak absen. Upacara sakral pun segera dimulai. Pengantin pria yang jauh dari Cianjur sudah tiba di TKP. Saya pun memutuskan bergabung tanpa riasan. Ya, riasan seadanya saja. Day cream, bedak, sama jupon. Entahlah semenjak ngidam anak ketiga ini malas sekali berhias.

Tetiba adik sepupu memberi kabar, Paman memberikan saya tugas membaca puisi di acara sungkeman. Wow! Saya pun memastikan apa yang diminta.
Tidak bisa, takut salah, nanti malu-maluin, suka gugup dan kacau, dll. Semua pikiran negatif menerpa. Namun, ada rasa ingin mencoba. Saya jauhkan pikiran pengecut sebelumnya dan menerima tantangan tersebut.

Tak ada waktu banyak untuk memikirkannya lebih lama. Kebetulan kuota sekarat, hanya bisa chat whatsoever saja. Saya pun pinjam hp sepupu lalu searching teks sungkem yang diminta. Tidak mungkin mendadak membuat teks. Dalam waktu lama pun belum tentu saya bisa. Maka ambil cara praktis saja, pikirku saat itu. Efektif dan efisien.

Beberapa detik, munculah berderet-deret teks. Saya ambil yang paling atas. Judulnya "Kunasari" tidak paham betul itu maknanya apa. Paman pun menyetujui pemilihan teks tersebut.

Kenapa tidak paman sendiri yang bacakan, lebih enak karena sebagai pengatur acara. Katanya, suka sedih dan nangis kalau baca teks seperti itu. Tahu sendiri lanjutannya kalau sudah emosi susah melanjutkan kata-kata.

Baiklah, alasan bisa  diterima. Waktu pun semakin dekat. Akad sudah terlantun antara pengantin pria dan wali nikah. Waktunya prosesi sungkeman. Saya maju mendekat ke pelaminan. Duduk di tempat yang sudah disediakan.
Paman yang mengatur posisi duduk pasangan pengantin dan orang tua masing-masing.

"Duh Ibu.... bla.. bla.. bla..."
sampai terkahir mwmbacakan doa anak saleh untuk orang tuanya.

Alhamdulillah, tugas terlaksana. Sungkeman berjalan khidmat. Suasana mengharu biru. Tetesan-tetesan tak terbendung keluar dari ujung-ujung mata pengantin dan orang tua. Meskipun ada kesalahan posisi yang sungkeman dari awal dan sebenarnya berpengaruh pada teks yang dibacakan. Semoga yang lain tidak ngeuh.

Seteleh prosesi selesai, Uwak sebagai ketua panitia mengucapkan terima kasih. Ini tentu saja hal yang baru dari rangkaian acara pernikahan yang sudah-sudah. Meski itu bukan ide saya.

Beberapa kerabat merespon dan berkomentar baik. Syukurlah. Bahkan, ada kerabat yang minta saya membacakan teks sungkem lagi suatu hari saat menikahkan anaknya yang entah kapan. Entah itu bercanda atau bukan. Bagi saya itu apresiasi yang sangat menyenangkan.

Sekian cerita receh dari saya. Semoga bermanfaat. Intinya, jangan takut mencoba hal baru. Ukur kemampuan diri sendiri. Kalau memang sanggup, Terima tantangan tersebut. Lakukan yang terbaik. Insya Allah langkah kecil yang pertama kamu lakukan itu membuka gerbang-gerbang yang lebih besar lagi. Kemampuanmu akan meningkat dengan sendirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar